Tak bisa
dibantah bahwa satu-satunya yang tidak bisa diatur oleh manusia adalah waktu.
Setiap orang punya jatah yang sama, 24 jam. Orang yang sukses atau terpuruk,
jatah waktu yang diberikan kepada mereka semua adalah sama. Pertanyaannya, bagaimana
mengelola waktu agar menjadi bermanfaat? Setiap orang menempati dunia yang
sama, tetapi mengapa kita jauh ketinggalan? Bisa jadi karena kita belum
mengerti betapa berharganya dan pentingnya waktu.
Permasalahan Pada Umumnya
Permasalahan sesungguhnya bukan terletak pada waktunya, tetapi pada bagaimana bisa mengisi setiap waktu dengan sebaik-baiknya. Waktu yang berjalan tidak mungkin bisa terulang kembali, walaupun sering kita mendengar tentang kisah ataupun konspirasi orang yang melintas waktu.
Hal yang kita lakukan di suatu waktu, itu
hanya terjadi satu kali dan tidak akan pernah terulang kembali dalam sepanjang
hidup kita. Kalau melakukan dengan semaunya kita dan tidak berkualitas, hanya
sekedar melakukan, maka kita akan kehilangan
momen tersebut. Hal yang dilakukan sama tapi hasilnya berbeda, semua bergantung
pada bagaimana kemampuan kita dalam memanfaatkannya.
Keyakinan
terbaik tetap kepada Sang Pencipta. Keyakinan dalam menjaga waktu, mengisinya
dengan memperbanyak hal yang bersifat sia-sia akan merusak segalanya, maka hati
akan semakin keras dan menutup diri akan segala hal. Sebaliknya, kalau kita
berhasil maka hati akan tenang dan bercahaya.
Amanah itu bernama : waktu
Bila
dahulu, mulutmu adalah harimaumu, maka sekarang dua jempolmu adalah harimaumu
(walau ngetik di laptop lebih dari dua jari, ya). Jangan biarkan digunakan
untuk stalking dan browsing yang menghabiskan waktu hanya sekedar berselancar
tapi arahkan untuk mendukung aktivitas dan pengembangan diri.
Ketika
sedang stalking sosmed, misalnya dan kebetulan, tidak sengaja explore informasi
yang viral atau informasi lainnya dan kita klik informasi tersebut bila tidak
dibatasi maka akan larut dan ikut terbawa emosinya. Setiap melihat dan
mendengar sesuatu, secara otomatis, sesuatu tersebut akan menjadikan kita
berpikir mengikuti apa yang kita dengar itu.
Contoh
berikutnya, pada saat membaca buku, cobalah tanya dan tanyalah terus, apakah
yang kita baca itu bermanfaat? Kenapa kita hanya mau membaca genre/penulis/judul
tertentu. Atau kenapa hanya mau membaca yang ringan dan tipis saja? Apapun yang
kita baca, cobalah untuk menjelajahi semua hal, agar bisa meningkatkan mutu
diri.
Hati dan
pikiran kita adalah Amanah. Karena jangan sekali-sekali menggunakannya untuk
berkhayal dan berkhayal yang aneh-aneh.
Apalagi dipakai untuk menghabiskan energi yang sifatnya negatif, seperti
kecewa, benci dan dendam, semua itu memakan waktu. Jauh lebih bermanfaat kalau
hati dan pikiran digunukan ke arah yang positif dan produktif, seperti diriku
yang berusaha komitmen 40 hari menulis full di tantangan Komunitas ODOP Angkatan
9.
Hidup ini hanya sementara dan hanya sekali, kita tidak pernah tahu berapa waktu yang diberikan kepada kita untuk hidup. Dalam hidup yang sekali-kalinya ini, kebutuhan semakin meningkatkan kemampuan-kemampuan yang lain, terutama dan paling utama yaitu kemampuan iman dan ibadah kita.
Jangan biarkan telinga kita berpikir, kecuali
kita pastikan apa yang kita bicarakan, yang kita lihat, yang kita dengar dan
yang kita pikirkan itu adalah hal-hal yang bermanfaat, agar bisa menjaga amanah
waktu yang diberikan kepada kita.
Bagiku masalah manajemen waktu ini peer yang berkelanjutan. Jika sudah terbiasa tentu akan mudah, tapi selalu ada peluang untuk menunda atau berleha-leha
ReplyDeleteBetul kakak, semoga kita selalu dijauhkan dari peluang untuk menunda atau berleha-leha, ya
Delete