Makanan cepat saji yang lekat
dengan makanan akhir bulannya "anak kost" ini tidak hanya bisa
dinikmati di warung kaki lima pinggir jalan atau tempat-tempat ngopi di dekat
pasar. Keberadaanya saat ini bahkan sudah ada berbagai kafe khas anak gaul dan
harganya bukan seperti di warung kopi pinggir jalan karena ada harga untuk jadi
teman di tempat kongkow. Seolah menepis pendapat bahwa mie instan hanya
dinikmati kaum-kaum menengah ke bawah saja.
Terkadang suka heran, mengapa
membeli dan makan mi di warung kopi atau tempat makan lainnya lebih enak? Atau
mi yang dibuat oleh orang lain terasa lebih nikmat daripada buatan sendiri?
Mungkin ini jawabannya, “Kita
butuh orang lain, walau mungkin tidak bisa menyelesaikan masalah yang kita
miliki. Kita juga tetap butuh masukan dari orang lain. Siapa tahu saja masukan
dan pemberian orang lain justru merupakan yang terbaik untuk kita. Jangan mudah
berburuk sangka dan tetaplah berpikiran terbuka dengan orang lain.”
Tentu karena masih dalam masa pandemi,
walau aturan sekarang sudah boleh makan dengan pembatasan waktu, tetap disarankan,
selama bisa dilakukan dirumah, usahakan untuk dirumah saja. Maka dari itu, olahan
masak paling simpel dan cepat, salah satunya mi instan.
Kemudahan menyiapkan mi instan
jadi kelebihan tersendiri. Untuk bepergian dan kemah seperti yang saya lakukan,
selalu menempatkan makanan cepat saji ini jadi prioritas. Bahkan di rumah pun
banyak orang yang menyimpan stok bertumpuk di lemari dapur mereka, sama seperti
berita ramai di awal pandemik banyak yang beli berdus-dus mie instan Wajar, mie
instan ini sering dijadikan pilihan untuk mengganjal perut lapar baik untuk
sarapan, makan siang, makan malam, cemilan, teman rebahan sampai teman dikala
malas untuk masak yang aneh-aneh. Ditambah lagi, cara menikmatinya bisa sesuai
selera, sampai ada pepatah tidak perlu keliling Indonesia, cukuplah dengan
semangkok mi instan sudah bisa merasakan kuliner se Indonesia. Kurang
dimanjakan apalagi lidah mecin kita dengan mi atau nikmat semangkuk mi mana
lagi yang kau dustakan
Selama masa pandemik ini lidah
dan perut saya seolah sudah kebas dengan mi instan saking begitu seringnya,
bukan diolah aneh-aneh seperti donat mie goreng atau olahan aneh mi lainnya,
yang viral di somed. Hidangan original dengan segala topingnya udah paling
terbaik, deh dan kadang untuk tutup mata
sama efek terlalu sering makan mi instan terhadap lambung dsb. Bagaimana ya, susah
banget nolak kenikmatan semangkuk mi instan.
Ini sebagaian hasil olahan mi instan buatkanku, bukan sekedar Indomie aja tapi ada sedap, supermie dan merk lain di dalamnya. Saya pecinta mi rebus sekalipun mie goreng juga jarang sekali karena satu bungkus kurang kenyang dan kalau dua bungkus perut berasa begah kalau istilah sunda, kalian tim mi instan rebus/goreng? Suka merk mi apa?
Walaupun makan mi instan adalah sebuah candu atau kegemaran
bagian sebagian orang, tetaplah untuk membatasi dan memberi jarak ketika akan
makan lagi, karena dengan mengurangi konsumsi makanan olahan dan makanan instan,
organ tubuh tetap sehat dan bekerja normal sebagaimana mestinya
Jadi inget sewaktu nge-kost dulu, aku sama teman-teman sering banget beli mie di angkringan, karena rasanya enak. Beda banget pokoknya lah, kalau bikin sendiri, padahal pakai mie yang serupa😂
ReplyDeleteYang tinggal terima makan apalagi buatan orang suka lebih nikmat aja rasanya ya kak padahal sama aja 😂
Delete