Pemberian
hukuman memang merupakan salah satu alat yang ampuh untuk menegakan
kedisiplinan seseorang, baik di lingkungan keluarga, pendidikan, kerja ataupun
dimasyarakat. Hukuman yang efektif dan waktu yang tepat akan menghasilkan
dampak perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik dan optimal. Namun
pemberian hukuman mengindikasikan tindakan kuratif terhadap kesalahan yang
sudah terjadi. Pemberian motivasi dan keteladanan yang maksimal dengan upaya
pendekatan secara personal adalah salah satu upaya untuk mengurangi kesalahan
seseorang.
PENGERTIAN HUKUMAN
Sebenarnya
apa itu hukuman secara pengertian? Kalau lihat dari pengertian Wikipedia,
hukuman yaitu
Hukuman
(bahasa Inggris: punishment) adalah sebuah cara untuk mengarahkan sebuah
tingkah laku agar sesuai dengan tingkah laku yang berlaku secara umum. Dalam
hal ini, hukuman diberikan ketika sebuah tingkah laku yang tidak diharapkan
ditampilkan oleh orang yang bersangkutan atau orang yang bersangkutan tidak
memberikan respon atau tidak menampilkan sebuah tingkah laku yang diharapkan.
sumber
: https://id.wikipedia.org/wiki/Hukuman
Pada
realitanya banyak orang yang bangga memberikan hukuman didepan orang lain, baik
itu memberikan hukuman berupa lisan maupun fisik dengan alasan upaya
pendisiplinan terhadap kesalahan yang dilakukan. Bahkan ketika hukuman
diberikan, ada saja barang – barang yang ikut “Terbang” menyertai pemberian
hukuman tersebut. Hukuman bila ditelusuri, lebih mengarah kepada pelampiasan
kesalahan dan dendam pribadi bukan perubahan tingkah laku sebagai tujuan
pemberian hukuman.
HUKUMAN DI MASA SEKARANG
Pemberian
hukuman sebaiknya tidak mematikan motivasi seseorang melakukan yang terbaik
bagi dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat. Terutama bila hukuman
dilakukan di depan banyak orang, perhatikan juga dampak sosial yang hingga
mematikan karakter orang tersebut. Walau ada istilah, hukuman sosial lebih
kejam dari hukuman yang diterima, terutama saat ini sudah tak aneh, ketika
segala sesuatu di-share dan dipublikasikan pada sosial media, dengan asumsi
biar jera. Itulah sebabnya efektivitas pemberian hukuman harus adil dan hukum
atau peraturan tersebut.
Ada
istilah yang pernah saya dengar, “ Si pembuat peraturan harus keras pada
dirinya sendiri untuk konsisten dengan aturan yang dibuat terlebih dahulu!”,
agar tidak menjadi boomerang ke depannya. Inipun terjadi, yang saya alami pada
saat menjadi siswa, hukuman seperti dipukul pakai penggaris, angkat kaki,
dibentak-bentak dengan volume tinggi, lari keliling lapangan, menulis untuk
tidak mengulangi kesalahan di sekian lembar kertas dan hal lainnya.
Apabila
diterapkan di era sekarang, tentu kita pernah mendengar, betapa sosok guru
justru dituntut secara hukum setelah melakukan pendisiplinan murid di sekolah,
itu hal yang paling ekstrem. Berdasarkan pengalaman saya sebagai seorang guru
dan beberapa sekolah yang pernah saja ajar, belum ada pengalaman sendiri maupun
rekan mengajar, bahwa kita seorang guru sampai dibawa ke ranah hukum. Paling
orang tua yang tidak terima anaknya dihukum, tiba-tiba esok harinya datang ke
sekolah dan protes.
Kita
tidak bisa bilang, “Anak zaman dulu belum merasakan seperti kita dihukum blablabla
dan mau protes ke orang tua malah ditambah lagi hukumannya.” Akan menjadi efek
domini yang terus menerus seolah ingin balas dendam dan berkesudahan
Bentuk
hukuman bisa disesuaikan dengan kondisi, yang terpenting ada beberapa yang
perlu jadi catatan sebelum memberikan hukuman
1.
Hukuman
Tidak Melukai atau Mencederai Fisik
2.
Hukuman
Yang Mengasah Kreatifitas
3.
Hukuman
Yang Membangun Kepercayaan Diri Anak
4. Hukuman
yang Disesuaikan Dengan Pelanggaran yang Dilakukan
5.
Hukuman
yang Membuat Jera
PROSEDUR PEMBERIAN HUKUMAN
Beberapa
prosedur yang tepat untuk memberikan hukuman kepada peserta didik yang saya
terapkan pada saat mengajar, gambarannya kurang lebih seperti ini :
Ø Bentuk hukuman
merupakan kesepakatan dengan peserta didik, jadi peserta didik sudah tahu jenis hukuman
apa yang akan dilaksanakannya apabila ia melakukan suatu kesalahan, atau lebih
banyak dikenal dengan istilah kontrak belajar
Ø Hukuman harus
jelas agar peserta didik bisa memahami konsekuensi apa yang ia dapat dari
hukuman tersebut
Ø Efektifitas dari
hukuman tersebut harus diukur dari awal dan juga tingkat keberhasilannya dalam
mengubah pola perilaku peserta didik ke arah yang lebih baik.
Ø Penyampaian
hukuman harus dengan cara yag menyenangkan, ini sangat penting. Hal ini
bertujuan untuk tidak memberikan efek trauma kepada peserta didik.
Ø Perlu ada
konsistensi dalam pelaksanaan hukuman, jadi pendidik dan peserta didik harus
berperan aktif dalam hal ini, didukung dengan segala pihak yang ada di pihak
sekolah, agar tidak ada yang bersifat jadi ibu peri/pelindung ketika proses
pemberian hukuman pada peserta didik.
Ø Apabila perilaku
yang tidak dinginkan dilakukan oleh peserta didik, maka hukuman harus segera
berjalan dan apabila ada perlawanan yang tidak bisa ditangani oleh pendidik
maka diperlukan bantuan pihak lain atau dilimpahkan untuk ditindaklanjuti,
bahkan pemanggilan orang tua (Apabila sudah kategori pelanggaran berat)
Disini
keteladanan dimulai. Lebih jauh dapat dikatakan bahwa aturan dibuat untuk
semua, diberlakukan pada semua lapisan dan konsekuensi pelanggaran aturan juga
diterima oleh semua lapisan dan konsekuensi pelanggaran aturan juga diterima
oleh semua tanpa memandang jabatan, senioritas maupun popularitas serta
kekayaan.
Punya
pengalaman diberikan hukuman baik dirumah atau masa sekolah yang masih membekas
hingga sekarang? Share kesini, dong
Pernah waktu kecil ngeyel dibilangin sama orang tua. Akhirnya sama mama dicuekin atau didiemin sbg hukumannya. Aku bikin upaya "damai" dgn nyoret ditembok minta maaf. Eh, karena pakai pulpen jd ga bs dihapus dan malu sendiri 😅
ReplyDeleteSebenarnya lebih batin dapat hukuman didiamkan, lebih kena mental hahahahha
DeleteMemang kita harus bijak dalam memberikan hukuman. Agar niat baik memberikan hukuman tidak malah menjadi luka dia
ReplyDeleteBetul, kak. Jadi mikir-mikir lagi
Delete