Setiap pekan selalu ada tulisan tantangan di oprek angkatan 9, untuk pekan keempat adalah memberikan opini tentang cerpen yang berjudul, “Setelah Para Tetua Pergi”, karya Achmad Ikhtiar. Pada tulisan kali ini saya akan menuliskan opini tentang cerpen tersebut dilihat dari beberapa unsur intrinsik cerpen :
Tema
Tema cerita adalah tentang para tetua yang meyakini apa yang tertulis dalam buku nubuat ribuan tahun yang lalu dan berusaha menyelamatkan apa yang ada di kehidupan kini. Para tetua berupaya menjaga keberlangsungan kehidupan.
Latar
Latar adalah keterangan tentang tempat, waktu dan suasana terjadinya suatu peristiwa dalam sebuah karya sastra. Atau definisi latar yaitu unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra yang teridiri dari ruang, waktu dan suasana yang terjadi pada suatu peristiwa dalam cerita karya sastra.
sumber: https://www.temukanpengertian.com/2015/09/pengertian-latar.html
Ada tiga latar yang mencakup dalam cerpen ini : latar waktu, tempat, dan sosial.
Latar waktu yang melingkupi kisah utama ketika para tetua berkumpul tidak digambarkan. Tidak ada keterangan waktu, kejadian tahun berapa atau terjadi di waktu siang/sore. Satu-satunya keterangan waktu ada pada penutup cerpen, “Aku menghabiskan sore itu dengan mengajak si bungsu…”
Latar tempat digambarkan dengan cukup detail. Ruangan yang penuh orang hingga asap cerutu.
Latar sosial digambarkan dengan keadaan orang-orang yang tertekan, yang ada pada ruangan tersebut. “Beberapa dari kami saling bertukar pandangan satu sama lain. Seseorang dengan setelan jas hitam mengkilat hanya mengangkat bahu saat rekannya yang berpakaian serba putih mencoba bertanya dengan gestur matanya.”
Tokoh
Mencoba baca beberapa kali, saya tak merasakan unsur tokoh dan penokohan yang kuat ketika membaca cerpen ini. Siapakah aku? Apakah hubungannya dengan lelaki tambun atau para tetua sehingga ia bisa ada di ruangan sekaligus bisa selamat ketika para tetua menghilang? Atau memang penulis lebih menekankan plot latar dan pesan tersirat pada kisahnya.
Gaya Bahasa atau Majas
Gaya bahasa merupakan cara pengarang mengekspreikan dirinya melalui bahasa yang khas. Gaya bahasa yang digunakan dalam cerpen tersebut antara lain majas personifikasi yang menunjukkan sifat yang menyerupai manusia “Burung-burung yang semula dalam sangkar enggan menyanyi kini bersenandung manja di pohon-pohon di halaman.”
Alur
Alur yang digunakan dalam cerpen ini adalah alur maju yang bergerak ke masa depan.
Amanat
Beberapa amanat yang diperoleh dari cerpen tersebut :
1. Menuruti perintah tetua demi kebaikan yang lebih besar.
2. Upaya untuk menjaga keberlangsungan kehidupan harus dilakukan agar kehidupan bisa diwariskan ke anak cucu.
3. Perlunya harmoni kehidupan agar damai.
Demikianlah opini saya tentang cerpen tersebut. Jika ingin membacanya, silakan klik link dibawah ini, yaa 😊
https://www.ngodop.com/2021/07/setelah-para-tetua-pergi.html?m=1
Tugas yang benar-benar menantang ya, Kak. Menulis opini pada sebuah karya, dan itu tidak mudah. Tapi selamat, sudah berkarya.
ReplyDeleteIya, mas. Makasih juga saran-sarannya pas semalam bedah tulisan jadi makin tertantang banyak belajar tentang menulis opini
DeleteYah langsung direvisi donk, rajin amat Kak! Punyaku biarin aja kayak gitu wkwk... Padahal curhatku setengah halaman haha
ReplyDeleteRevisi tipis-tipis tapi bagian mempertajam opini belum hahahaha, masih edisi reviw cerpen saja punyaku
DeleteCerpen ini emang bikin penasaran untuk dulas ya...bahasanya tapi agak baku.
ReplyDelete