Buku
adalah jendela dunia. Pasti sudah bosan dan sering dengar kalimat ini. Bagiku
buku lebih seperti sahabat. Orang yang tidak keberatan mau bersamamu sepanjang
masa dan bisa menceritakan atau membawa fantasimu ke antah-berantah. Ada
masa-masa dimana pandemi seperti sekarang malah membatasi mobilitas atau ruang
gerak, dan buku adalah penghibur paling ramah untuk dinikmati.
Ketika
kerjaan tetap menumpuk awal pandemi walau judulnya dirumah aja, buku menjadi
jendela yang membawa imajinasi saya, kemana saja dengan alur cerita sesuai khas
dari setiap buku. Ada 5 buku yang paling kufavoritkan. Saking sukanya, masih selalu
kubaca berulang-ulang kali dan tak bosan, walau sudah tahu alur dan plot ceritanya.
Bersyukurnya
terlahir di tengah keluarga yang suka membaca buku dan selalu berlangganan
koran/majalah (walau sekarang malah tidak diteruskan sama generasi kami-kami),
membuat saya juga secara tidak langsung sudah berkenalan dengan buku dari usia
dini (konon ketika lepas ASI, saya baru bisa tidur ketika sudah dibacakan buku
cerita). Hal ini juga terbawa ketika di usia kini. Kalau belum baca buku
sebelum tidur, rasanya ada yang kurang! Entah kurang dibagian mana pokoknya ada
aja yang kurang. Dengan semakin kuatnya teknologi, buku juga menjadi digital
dan mudah dibawa kemana-mana. Mari kuperkenalkan dengan buku-buku favoritku
yang semoga bisa menjadi referensi untuk siapapun yang membaca tulisan ini dan
ingin mencari buku baru untuk masuk dalam list bacaanmu :
Totto
Chan – Gadis Cilik di Jendela Karya Tetsuko Kuroyanagi
Buku
Totto Chan menggunakan sudut pandang anak kecil kelas 1 SD, begitu sederhana
sehingga tidak butuh waktu lama untuk menyelesaikannya. Menurut saya Tetsuko
Kuroyanagi melakukan pekerjaan hebat. Ia mampu mendeskripsikan semua paradigma
anak kecil yang penuh dengan imajinasi. Cerita-Cerita sederhana menjadi lebih
menarik jika kita melihat ke dalam mata anak kecil dan menjadi tamparan halus
bagi para penggiat pendidikan terutama para pendidik (khususnya saya yang saat
ini sedang menjadi guru di pendidikan formal)
Banyak
pesan-pesan yang sangat istimewa yang ditunjukkan bagi orang-orang dewasa untuk
lebih memahami sudut pandang anak kecil. Walaupun orang-orang dewasa memiliki
kuasa penuh atas anak kecil, tapi akan sangat bagus seandainya berusaha menjadi
orang dewasa yang baik dan tidak menilai benar salah apa yang dilakukan
anak-anak kecil.
Hafalan
Shalat Delisa Karya Tere Liye
Buku
ini berkisah tentang seorang gadis cilik berusia 6 tahun, bernama Delisa. Ia
tinggal bahagia bersama Ummi-nya, dan 3 kakaknya: Fatimah, Aisyah dan Zahra.
Saat itu, Delisa sedang rajin-rajinnya belajar menghafal bacaan shalat; karena
tak lama lagi ia akan menghadapi sebuah ujian dalam membaca shalat tersebut.
Seperti yang sudah dilakukan oleh kakak-kakanya dahulu, setiap lulus menghafal
bacaan shalat, Ummi mereka akan memberikan hadiah kalung. Delisa teramat senang
dan semakin bersemangat karena selalu termotivasi ketika mengingat hadiah
kalung tersebut.
Ketika
Delisa sedang melakukan hafalan bacaan shalatnya, di depan gurunya, bencana itu
tiba. Gempa mulai terasa, dan orang-orang mulai ketakutan. Namun Delisa tetap
khusuk menjalankan shalatnya. Bahkan ketika air yang besar itu, tsunami itu
datang, Delisa tetap tidak mau diganggu. Akan tetapi apa daya gadis kecil itu,
ia pun turut tersapu oleh banjir besar itu.
Buku
ini mengajarkan kita lewat Delisa tentang arti sebuah rasa ikhlas. Kisah ini
juga mengajarkan banyak hal penting melalui sebuah bencana yang menimpa banyak
orang. Sebuah pelajaran penting dalam kehidupan.
Heidi Karya Johana Spyri
Heidi
adalah gadis kecil yatim piatu yang tinggal bersama Nenek dan bibinya. Setelah
kematian sang nenek, Bibi Heidi memutuskan menerima pekerjaan di lain kota.
Namun ia tak bisa membawa Heidi dan memutuskan untuk menitipkan Heidi ke Paman
Alm yang tinggal di gunung. Paman Alm terkenal sebagai sosok yang menakutkan.
Cerita
yang terkenal bahkan diterjemahkan ke berbagai bahasa dari akhir abad 19. Zaman
kecil sempat membaca versi cerita bersambungnya di majalah bobo, beli dari
bundelan majalah (mungkin sekarang hal seperti itu pasti langka). Setelah
cari-cari ternyata ada versi film dan kartunnya, belum sempat nonton tapi sudah
nonton sekilas. Membaca kisah ini telah mengajarkan tentang kepedulian dan
kerja keras. Kepedulian dengan orang lain dan kerja keras untuk tidak mudah
menyerah dalam belajar. Sedikit terharu dengan sikap Heidi yang peduli terhadap
orang lain, bahkan disaat ditanya hadiah, ia meminta hadiah yang sifatnya untuk
orang lain.
Rumah
Lebah Karya Ruwi Meita
Rumah
Lebah Rahasia bercerita tentang keluarga kecil yang tinggal dengan latar tempat
di daerah kecil di Ponorogo. Sebuah rumah di sebuah bukit kecil menjadi saksi
semua peristiwa-peristiwa misterius yang terjadi dalam keluarga tersebut.
Keluarga kecil ini memang hanya terdiri dari Winaya (ayah), Nawai (ibu) dan
seorang gadis kecil bernama Mala yang memiliki dunianya sendiri tapi keluarga
ini ternyata di kelilingi wajah-wajah asing yang misterius.
Dua
kata untuk Rumah Lebah ini, great story!!! Sejak membaca Misteri Bilik Korek
Api, aku selalu suka dan menunggu-nunggu untuk membaca karya penulis selanjutnya—terutama
untuk genre psychological thriller. Suka dengan permainan persepsi yang
digunakan penulis dan sukses menipuku.
Serial
Mata Karya Okky Madasari
Mata
di Tanah Melus merupakan seri pertama petualangan seorang anak perempuan
bernama Matara (dipanggil Mata).
Petualangan
Mata berawal dari ajakan sang mama untuk berlibur ke daerah Belu, NTT. Belu
memang bukanlah tempat liburan seperti Bali atau Lombok. Di daerah terpencil
nan hijau itu, kesialan demi kesialan malah menimpa Mata dan Mama sejak hari
pertama.
Petualangan
Mata di Tanah Melus berlanjut ke Pulau Gapi. Kali ini Mata memiliki misi
menyelamatkan pusaka Pulau Gapi. Ditemani Molu, seekor kucing ajaib, dan Gama,
anjing peliharaan Sultan yang bereinkarnasi menjadi seekor laba-laba, Mata
memulai petualangannya.
Cerita
mengenai perjalanan Matara (tokoh utama) yang bersama ibunya pergi ke kepulauan
Sulawei bagian Tenggara. Di kepulauan yang menjadi rumah bagi manusia laut,
Matara berjumpa dengan Bambulo, bocah Bajo yang sejak balita sudah berenang dan
menyelam di laut, layaknya seekor ikan.
Setelah
membaca tiga buku karya mbak Okky, saya suka cara beliau memotret kekayaan
Indonesia dalam serial petualangan dengan dominan latar penceritaan ambil dari
Timur Indonesia, kawasan kepulauan, pegunungan, juga laut. Sejarah, mitos,
kepercayaan, kebudayaan daerah dikemas menarik dalam balutan sebuah karya yang
tidak hanya bisa dinikmati oleh anak tapi jadi bahan pikiran bagi usia remaja
maupun dewasa.
Tidak
sabar baca buku Mata di Dunia Purba dan salah satu wishlist wajib buat buku
selanjutnya yang dibeli.
Apa
Buku Favoritmu?
Dari
kelima buku ini, semuanya memberikan saya perspektif dan sudut pandang yang beraneka
ragam. Juga, membantu saya untuk mempelajari gaya tulisan, cara membuka cerita
dan melihat lebih dari realita yang ada disekelilingku. Bagaimana denganmu? Apa
buku favoritmu? Adakah yang sama sepertiku?
Semua sudah pernah di review di instagram pribadi https://www.instagram.com/simiati_nw/
Aku suka sama toto chan, serial mata belum selesai yang sampul pink hehhee
ReplyDeleteBuku yang bikin pengen ngerasain belajar di bekas gerbong kereta api hahahaha
DeleteAh, yang udah baca bahkan reviewnya tayang ya si mbak desain, grecep banget dia urusan buku-buku yang bikin ngiler dibeli