Sesuai dengan tulisan sebelumnya, dimana ku berjanji untuk
menceritakan tentang pengalaman menjadi admin dan perdana muncul mewakili OWOB
dalam acara Festival Asia 2021 yang diadakan oleh Penerbit Haru x Patjarmerah.
Pengalaman Menjadi Member dan Admin OWOB
Setelah dua tahun menjadi member dan masih bertahan dalam
Grup WhatsApp OWOB, kenapa disebut bertahan? Kalau ada member suatu grup WA
yang silent reader, nah sayalah contohnya bahkan pernah mengarsipkan grup OWOB saking
malasnya lihat grup penuh dengan notifikasi. Baik diskusi atau kelas baca, jarang sekali saya
muncul, mungkin ini salah satu alasan kenaap admin terdahulu tak melirik diriku
untuk dibujuk jadi admin, apalagi dulu jadwal mengajarku lumayan padat dan
menyita waktu sekali, kalau ada waktu luang ya mending rebahan atau mengerjakan
pekerjaan domestik rumah.
Titik baliknya di tahun 2020, agak malu sudah dua tahun
bergabung jadi member tapi masih suka bolong aja presensinya, maka target ga
muluk-muluk, cuma mau baca 50 buku dan tanpa bolong presensi. Karena resign di
sekolah dan hanya mengajar di satu sekolah saja, praktis banyak waktu luang
dirumah, apalagi ketika mulai masuk pandemi, butuh aktivitas yang mengurangi
tergantung sosmed dan rebahan melulu.
Setelah lihat oprek admin OWOB, tiba-tiba terlintas buat
daftar jadi admin dan ternyata diterima, kirain si saya yang anak silent reader
bakal ga diterima jadi admin (atau mungkin tak ada pilihan lain, bisa jadi ya
kan 🤣).
13 Juli
resmi saya bergabung sebagai admin OWOB, seperti yang diceritakan di artikel
sebelumnya, walau terkesan naif, tapi suka sekali dengan konsep nirlaba yang diusung
sama OWOB. Lalu terjebaklah sebagai admin presensi bersama buk dosen Naqiibatin
Nadliriyah dan malah sekarang sama-sama ikut tantangan oprek ODOP Angkatan 9
pula, tenang kok urusan presensi agak aman walau suka telat dikit postingnya
rapor dan sertifikat konsistenya. Selain urus presensi, dipercaya buat urus
twitter @gerakanowob. Senang sekali di awal jadi admin diarahkan banget sama Kak Vy untuk urusan presensi bahkan sampai sekarang kalau saya ataupun naqi, nanya masih dengan terbuka buka komunikasi. Dan untuk urusan OWOB dengan segala seluk beluknya, didampingi sekali sama Kak Utamy, jadi ga berasa polos banget sama dunia literasi yang ternyata luas sekali dan kita perlu bijak menyikapi segala opininya, apalagi kalau kita sedang berbicara bukan sebagai pribadi tapi sebagai admin.
Suka duka? Dukanya seputar segala tingkah para member, mulai dari username yang sangat unik dan berganti-ganti hingga setoran yang terkadang kurang sesuai dengan aturan. Dan perlu diketahui, admin bukan berasal dari pertemanan dunia nyata/kenal sebelum masuk OWOB, jadi proses kerja bareng suka ada aja naik turunnya, merasa ga enak tapi ga bisa diungkapkan pun pernah. Tapi entah kenapa, saya dan teman-teman admin yang masih bertahan justru lebih nyaman dengan format dan program yang sedang dijalani. Ah sayang sama Kak Lintang, Kak Naqi, Kak Novia, Kak Affit dan Kak Lia. Siapa tahu mau agak kepo dengan muka para adminnya hihi
Program detail bisa cek
link ini, ya https://www.instagram.com/gerakan_1week1book/guide/tentang-komunitas-gerakan-one-week-one-book-owob/17898529154082239/
Kalau sukanya, saat member mengapresiasi komunitas, menyebut
atau mengenalkan akun komunitas di tempat umum. Berasa punya keluarga online
sekali, tinggal pandemi agak berakhir dan bisa lebih bebas biar bisa kopdar
sama teman-teman OWOB. Salah satu program kerja sama dengan pihak eksternal pun
dijalani seperti mau tampil ketika ada undangan untuk jadi pembicara. Setelah
beberapa kali bisa nodongin ke admin lain, eh akhirnya diriku dapat juga bagian
buat tampil secara virtual di acara rangkaian Festival Buku Asia 2021 yang
diadakan oleh Penerbit Haru x Patjarmerah, bersama dengan 7 komunitas lainnya,
kami sharing tentang Rumah bagi Pembaca. Saking agak hectic, sampai lupa ss foto sendiri dan dapat dari naqi, kok si saya agak burem tapi tak apalah.
Pengalaman Pertama Tampil Mewakili Komunitas Gerakan One Week One Book
Selain komunitas Gerakan One Week One Book (OWOB), ada juga 7
komunitas literasi lainnya, yaitu
- Baca Bareng
- Bookish Indonesia
- BTS AHC
- Detectives_id
- Portal PNFI
- Booktubeid
- BAIA Bandung
Kami dengan ciri khasnya masing-masing menyampaikan,
bagaiman komunitas berperan sebagai rumah bagi para pembaca dan member yang tergabung
didalamnya. Beberapa poin yang kusampaikan selama manggung 2 jam di depan
google meeting (nanti ku posting juga bts perjuangan suami yang bikin backdrop
dadakan biar istrinya ga kaya makhluk bening kalau pakai background).
- OWOB tidak ditentukan oleh genre tertentu jadi itu
sebagai salah satu cara untuk tidak menghakimi bacaan lainnya
- Ulasan member yang direpost juga berbagai
genre dan dari penulis terkenal maupun baru dikenal.kelompok tertentu
- Tidak memandang penerbit tertentu.
Hanya saja yg direpost owob sudah memenuhi kriteria untuk.direpost
- Ciri khas utama kita ya urusan presensi,
yang mengajak membernya untuk konsisten dan komitmen membaca. Dan memberi
apresiasi kepada member yang sudah konsisten dan komitem dengan sertifikat
konsisten membaca
Isu bookshamming yang suka bikin drop para pembaca bukupun
diangkat pada pembahasan diskusi, beberapa poin yang kusampaikan terkait
bookshamming dan peran OWOB dalam mengatasi masalah tersebut.
Bookshamming tentu bukan sesuatu yang positif, tapi
adakalanya pelaku bookshamming sendiri tidak tahu kalau yang dia lakukan adalah
bookshamming. OWOB mencoba untuk memberi sedikit pengertian kepada para member
kami dengan salah satunya membebaskan membernya membaca buku dengan genre
apapun.
Program OWOB juga sering berdiskusi random tentang genre
yang berbeda-beda. Kami berharap dengan demikian akan muncul kesadaran diri
bahwa setiap genre itu ada peminatnya dan masing-masing. Setiap genre ada
peminatnya masing-masing, dan setiap orang memiliki alasannya sendiri untuk
membaca suatu genre tertentu.
Diakhir sempat juga dibahas, tentang tren bacaan memang
selalu bergeser, beberapa hal yang kusampaikan karena beberapa faktor
- Tantangan yang sedang diikuti oleh anggota tersebut (Apalagi tantangan yang menghasilkan benefit)
- Arah mood anggota, karena suasana hati bisa mempengaruhi pemilihan bacaan anggota
- Iklan atau marketing yang ada di sosmed terhadap buku dan penulis, bisa menjadi ketertarikan anggota buat memilih genre yang dibaca.
- Jenis komunitas diluar owob yang sedang diikuti member, karena owob terbuka bagi member yang mau setor double tantangan, yang penting setiap minggu setor review
- Untuk konsistensi baca buku sebenarnya itu tergantung dengan genre kesukaan member owob.
Sedikit
pertanyaan menggelitik dari peserta yang ikut dan sangat berkesan yaitu apakah
ada permasalahan di di komunitas yang sampai bikin bubar. Kalau dengar cerita
dari beberapa admin lama dan masih bertahan tapi lebih dahulu dariku, OWOB bisa
betahan hingga saat ini, bukanlah sesuatu yang mudah. Kami pernah dipandang
sebelah mata karena beberapa permasalahan yang hanya dipandang dari satu sisi,
tapi tidak bertanya ke yang masih bertahan di OWOB.
Sedikit mengutip
dari omongan sang founder tercinta, “Kita cuma punya dua jempol untuk
mem-filter, mana yang mendukung OWOB dan masih lihat dari berbagai sisi. Cukuplah
kita fokus dengan tujuan OWOBnya sendiri menjadikan OWOB sebagai rumah bagi
para pembaca dan komitmen turut mendukung Gerakan literasi di Tanah Air dengan
membaca buku minimal satu buku dalam satu minggu.”(Aaaahhhhh kakak Lintang, aku
padamu, lah). Dan bisa dibuktikan, walau tongkat estafet admin selalu ada
karena pilihan dan kesibukan lain, tapi program utama OWOB tetap masih berjalan
dan punya tempat di hati para membernya (nulis ini sambil agak berkaca-kaca huhu,
mana nulis agak mepet deadline).
Kesimpulan
Setiap genre ada peminatnya masing-masing, dan setiap orang
memiliki alasannya sendiri untuk membaca suatu genre tertentu. Teman-teman yang
membaca tulisanku, mungkin salah satu jadi member dari 7 komunitas tersebut, yuk
sama-sama bergandengan karena pada dasarnya cinta kita terhadap literasi punya
rumahnya masing-masing yang bikin nyaman.
Post a Comment
Post a Comment