Ketika di kantor,
Inspektur Amar memilih diam sejenak di meja kerjanya, menatap papan tulis yang berisi foto serta
petunjuk-petunjuk mengenai pembunuhan Fahira Azzahra. Setelah tadi melakukan
pemeriksaan di Rumah Makan Sunda Citraloka
berakhir sia-sia, Inspektur Amar harus memeriksa ulang semua petunjuk secara
lebih menyeluruh agar tidak terlewat.
Inspektur Amar
merupakan salah satu perwira terbaik yang dimiliki oleh Polsek Sukasari. Hampir
semua kasus ia selesaikan selama 5 tahun dinasnya di Polsek Sukasari.
Sebelumnya, Inspektur Amar ditugaskan selama 5 tahun di Makassar tetapi tak
menyelesaikan banyak kasus karena masih perwira biasa dan dianggap sebagai
junior. Berkat ketangguhannya selama 10 tahun, ia banyak mendapatkan
penghargaan bahkan akan dimutasi ke ibu kota karena prestasi dan ketangguhan
dalam menyelesaikan masalah.
“Rakha!” panggil
Inspektur Amar. “Hasil forensic sudah keluar?” Lanjut tanya dari Inspektur Amar
“Mungkin sudah, Pak.
Tapi kata pihak rumah sakit akan diantarkan besok pagi.” Jawab Rakha sambil
menuliskan laporan hasil penyeledikan tadi siang.
“Jika sudah keluar,
kamu cocokkan sidik jari yang ada di pisau pelaku dengan sidik jari Adistia.
Jika sudah ada hasilnya baru kamu lapor ke saya.” Perintah Inspektur Amar ke
Rakha
“Baik, Pak.” kata
Rakha lalu lanjut bertanya. “Ada lagi yang harus saya lakukan, Pak?
“Besok pagi coba mintai keterangan dari sahabat-sahabat korban lebih detail
serta tanyakan hubungan Fahira dan Adistia.”
“Jadi penyelidikan
kita saat ini lebih fokus ke arah Adistia, Pak?”
“Kita harus sesegera
mungkin menyelesaikan kasus ini, supaya menjadi kasus terakhir saya disini
dengan bagus dan terselesaikan.” Kata Inspektur Amar sembari merenggangkan otot
karena hari ini benar-benar lelah.
“Terakhir?” Tanya
Rakha dengan heran
Dagu Inspektur Amar
menunjuk ke arah surat yang tergeletak di meja. Rakha langsung memeriksa isi
surat. Perwira itu membaca sekilas, lalu ia mendongkak dan kembali menatap Inspektur
Amar, “ Jadi Bapak akan dimutasi ke Ibu Kota?”
“Sepertinya ibu kota
butuh polisi macam saya, apalagi disana sedang gempar-gemparnya politisi yang
ditembak mati saat dia sedang pidato.” Jawab Inspektur Amar
“Kasus penembakan
Politisi itu kan bebarengan dengan penemuan mayat Fahira Azzahra tadi pagi.”
“Setidaknya kejadian
itu dapat mengalihkan perhatian masyarakat dan disaat mereka tersadar, semoga kita
sudah menyelesaikan kasus ini, mengerti?” ucap Inspektur Amar dengan tegas
“Siap, mengerti, Pak”
Sementara situasi di
Rumah Makan Sunda Citraloka setelah peninggalan dua polisi, di area loker khusus
staff dan pegawai, Adistia duduk merenung meratapi apa yang terjadi siang ini. Berbagai
kesalahan dilakukan dalam menyajikan kudapan untuk malam ini, bukan hanya akan diturunkan
sebagai asisten dapur lagi, mungkin akan dipecat kalau ada Kang Ajat. Ia tidak
menyangka kedatangan polisi yang mencurigai dirinya dengan bukti yang ada,
membuat feel masaknya jadi buyar. Lalu tiba-tiba ada yang nyamperin dan
memberinya air minum yaitu Patra.
“Minum biar ga stress.”
kata Patra sambil duduk di samping Adistia
“Kamu ngapain disini?”
tanya Adistia
“Diusir dari dapur
kaya kamu, biasalah tumis ayam suwir.” Jawab Patra
“Kamu ga bosen diusir terus
gara-gara tumis ayam suwir?”
“Tau tuh. Kayanya
tumis ayam suwir susah bersahabat sama aku. Aku maunya satu tim sama kamu buat
bikin kudapan. Lagian tumben-tumbenan diusir dari dapur?”
“Kayanya pas polisi
tadi siang datang dan bawa bukti jadi bikin aku diduga sebagai pelaku, aku takut
dong.” Jawab Adistia sambil memasang muka sedih
“Tenang, semua akan
baik-baik saja” hibur Patra. “Pulang bareng sama aku, yuk.”
Lalu Adistia sedikit kaget
dengan ajakan dari Patra.
“Kok diem, emang kamu
ga pernah dekat sama cowok atau gimana.” tanya patra
“Kalau pas sekolah,
emang ada yang coba deketin tapi langsung mundur begitu tahu ayahku siapa.”
Kata Adistia sambil cengar cengir
“Siapun yang tahu
tentang keluargamu pasti bakal minder.” Jawab Patra sambil ketawa
Setelah pulang kerja,Patra
jadi anterin pulang Adistia, mereka mengobrol yang ringan-ringan dan seputar aktivitas
sehari-hari.
“Ternyata seru ya
ngobrol sama kamu” Ucap Patra. “Eh besok pagi sebelum berangkat ke rumah makan,
kita lari pagi ke Gasibu, yu” Ajak Patra
“Iya boleh, deh” Jawab
Adistia dengan malu-malu
06.20
Hari masih pagi tetapi
Brigadir Rakha sudan bergegas setelah menerima whatsapp berisi alamat
seseorang. Ia sengaja berpakaian kasual agar tidak menarik perhatian warga
sekitar. Ia menjalankan perintah yang disampaikan Inspektur Amar kemarin sore.
“Punten, mau tanya,
ini bener kosan Kania Isyana?” tanya Rakha kepada bapak penjaga kosan.
“Oh, leres, a. Perlu
saya panggilkan Kanianya?” Tanya Bapak penjaga kosan. “ Aa siapanya Kania?”
Lalu Rakha menunjukkan
identitas dirinya sebagai polisi dan lalu bapak penjaga kosan langsung terkejut.
“Kenapa polisi cari Kania?”
“Saya hanya mau
meminta keterangan dari Kania, karena salah satu temannya jadi korban
pembunuhan” Jawab Rakha
“Baik saya panggilkan,
silakan duduk di ruang tamu, kosan ini khusus untuk wanita jadi tamu pria
selalu diarahkan untuk bertamu di ruang tamu.” Bapak penjaga kosan memberikan
sedikit gambaran dengan situasi kosan yang dia jaga,
Lalu ga berapa lama, Kania
pun datang dan langsung bertanya, “ Ada yang bisa saya bantu?”
“ Saya ingin melakukan
penyelidikan lebih lanjut, “ Rakha sambil memperlihatkan identitas polisinya “Kira-kira
apakah anda tahu apa hubungan antara Adistia dan Fahira?”
“Setahu saya mereka
berdua tidak terlalu akrab. Fahira dekatnya sama kita-kita aja karena Adistia
kesayangan Kang Ajat. Kalau sama Adistia paling masalah hutang 10 juta, tapi
saya kurang hapal detailnya. “ Jawab Kania dengan lugas
Lalu Rakha mencatat
keterangan itu dan Kania pun bertanya, “ Apa pelakunya itu Adistia, pak?”
“Oh tentu tidak, ini
baru dugaan sementara, perlu penyeledikan lebih lanjut salah satu saya bertanya
pada anda.” Jawab rakha dengan diplomatis
“Mungkin Adistia
dendam karena kita sering ngejek dia yang cepat naik pangkat di rumah makan.” timpal
Kania
“Ada orang lain lagi
yang mungkin dekat dengan Fahira selain kalian dan Nadira?” tanya Rakha sedikit
mengalihkan asumsi personal dari kania.
“kalau dekat lagi sih
engga ada, tapi orang terakhir yang ketemu Fahira ya Teh Nisa, wakil kepala juru
masak.” jawab Kania
“Baik saudara Kania,
terima kasih atas kerjasamanya, jika ada yang perlu dikonfirmasi akan saya
hubungi. Saya pamit undur diri.” Lalu Rakha pun bergegas ke kantor untuk
melaporkan hasil penyeledikannya ke Inspektur Amar.
Rakha terengah-engah
berlari setelah sampai kantor, ia bermaksud langsung ke ruang kerja Inspektur
Amar tapi ditahan oleh petugas piket.
“Oh Shit!” rutuk Rakha
setelah membaca sekilas hasil forensik
Post a Comment
Post a Comment