Tidak mau dekat-dekat dengan penderita kusta? Takut tertular dengan penderita kusta?
Pasti
sobat jelajah Mia pernah dengar kan yang namanya penyakit kusta? Tentu
dibarengi dengan stigma yang masih berkembang hingga hari ini. Kusta Bukan
Kutukan.
Beberapa
hari yang lalu saya menyimak talkshow di Ruang Publik KBR dapat informasi dari
komunitas Satu Minggu Satu Cerita https://www.1minggu1cerita.id/ . Masih dalam rangkaian Hari Kesehatan Nasional (HKN) yang jatuh
setiap tanggal 12 November, tema talkshow ini adalah Bahu Membahu untuk
Indonesia Sehat Bebas Kusta. Dari sebagai peserta talkshow kita dibuka matanya bahwa
kusta masih ada di Indonesia dan harus segera diberantas.
ADA
DUA NARASUMBER PADA TALKSHOW INI YAITU:
- Eman Suherman, SSos. – Ketua TJSL PT DAHANA (Persero)
- dr Febrina Sugianto – Junior Technical Advisor NLR Indonesia
APAKAH
PENYAKIT KUSTA BISA DISEMBUHKAN?
Penyakit
kusta bisa disembuhkan dan tidak menyebabkan disabilitas, asalkan pengobatannya
tidak terlambat. Begitu ada gejala bercak putih yang tidak sakit atau tidak
terasa, segera berobat ke dokter. Jika diagnosisnya mengarah ke kusta, langsung
saja berobat lebih lanjut.
Hanya
disayangkan seringkali penderita kusta datang ke fasilitas pelayanan kesehatan
sudah dalam keadaan terlambat dan dalam keadaan cacat. Padahal, penyakit kusta
sebenarnya dapat disembuhkan tanpa harus disertai kecacatan. Kuncinya adalah
pengobatan secara tepat dan tuntas.
Ikut
menyimak talkshow dari KBR, jadi lebih waspada lagi terhadap kusta.
APA
ITU PENYAKIT KUSTA
Kusta
merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh kuman mycobacterium. Penyakit
kusta bukanlah penyakit keturunan atau genetik. Penyakit ini disebabkan karena
kurang memperhatikan kebersihan diri dan makanan kurang bergizi.
Penularan
kusta terjadi jika ada kontak dengan penderita kusta yang belum melakukan pengobatan
selama 20 minggu per jam. Juga melalui cairan(droplet) yang dikeluarkan oleh
penderita. Namun, penyakit ini bukanlah yang cepat menular. Ketika belum
mendapatkan pengobatan lebih rentan untuk menularkan.
Gejala
kusta biasanya tidak menimbulkan rasa sakit bentuknya bercak berwarna putih
atau kemerahan. Terkadang terlihat seperti panu atau kurap. Bercak putih atau
merah ini muncul pada punggung, badan, kaki, atau pelipis mata. Jika terjadi
ada kelimbungan ketika berjalan segeralah melakukan pemeriksaan di puskesmas.
Ada
dua jenis kusta yang perlu diketahui yaitu
- Pausibasiler/PB, merupakan jenis kusta kering yang memiliki ciri-ciri kulit kering karena jarang berkeringat.
- Multibasiler/MB, merupakan jenis kusta basah yang rentan menularkan.
Selama ini penyebab Indonesia belum bebas dari kusta adalah masih adanya stigma negatif di masyarakat kita. Stigma negatif tentang kusta adalah penyakit kutukan, menyeramkan. Sehingga orang-orang takut untuk memeriksakan diri.
"Biasanya kalau udah ada disabilitas, parah baru tau kalau itu kusta, dan yang penting nggak ada stigma, supaya orang mau berobat." ujar dr Febrina Sugianto - Junior Technical Advisor NLR Indonesia.
PERAN
KELUARGA DALAM PENYEMBUHAN PENDERITA KUSTA
Menurut
dr Febrina Sugianto, peran keluarga sangatlah penting dalam support mental pagi
para penderita kusta, sesuai yang
disampaikan pada talkshow tersebut, yaitu
Keluarga
selain membantu pengobatan menyemangati, mengantar ke fasilitas kesehatan juga
berikan support mental
Keluarga
sebisa mungkin membangun suasana pasian tidak merasa dikasihani dan dijauhkan
atay tidak engadakan jarak antar pasian dan keluarga, dibuat situasi sekondusif
mungkin supaya pasiennya bisa semangat berobat dan juga bisa aktivitas sehari-hari
dengan ulusal yang bagus
Pemerintah
tidak bisa berdiri sendiri tentu diperlukan dukungan CSR lainnya, seperti yang
dilakukan oleh PT DAHANA, sesuai yang dipaparkan oleh Eman Suherman, S.Sos yaitu
memberikan sosialisasi tentang penyakit kusta kepada masyakarat sekita untuk
mengatasi tantangannya stigma terkait kontak erat dengan penderita kusta.
Adapun bantuan dalam penyembuhan penderita kusta yaitu dalam bentuk bantuan alat kesehatan diri dan alat pelindung diri.
TANTANGAN
PEMBERANTASAN KUSTA SELAMA PANDEMI
Tantangan
selama pandemi dalam menjalankan program pengendalian kusta yaitu tracing
kontak/penderita menurun karena adanya PPKM, sosialisasi massal tidak
memungkinkan. Sehingga yang bisa dilakukan oleh PT. Dahana adalah mobile ke
titik-titik ke penderita kusta, menurut bapak Eman.
Menurut
dokter Febri, data data kasus kusta sebelum pandemi ada 457 kasus kusta,
setelah pandemi menjadi 116 kasus. Secara data sudah menurun tapi apakah ini
benar menurun atau pengaruh PPKM yang membatasi?
PENUTUP
Pentingnya
kesadaran kesehatan secara berkelompok penting untuk menyampaikan tentang
kusta. Agar banyak yang menghilangkan stigma masyarakat terhadap kusta. Dan
apabila ada keluarga dan lingkungan sekitar ada yang menderita, jangan
dijauhkan justru disemangati agar cepat sembuh dan memberi kenyamanan secara
psikologis kepada penderita kusta Semakin banyak pula yang sembuh dari kusta
dan mencegah penularannya.
Saya pun hanya tahu pemyakit kusta itu penyakit kulit.
ReplyDeleteTerimakasih sudah memberikan informasi lebih banyak tentang penyakit kusta Mba.. 🙏
Memang edukasi pada masyarakat soal kusta ini masih minim sekali. Sayang, padahal seharusnya penyakit ini bisa diberantas bila sejak awal masyarakat sudah memiliki bekal pengetahuan tentang gejala dan penanganannya. Semoga artikel dan webinar edukatif semacam ini bisa makin beredar luas di kalangan masyarakat..
ReplyDeleteSetuju mbak, apalagi di daerahku Indonesia Timur sini, masih minim banget penyuluhan-penyuluhan tentang penyakit kusta.
DeleteSaya pernah bacs kalau ada orang yang berobat ke dokter umum karena panunya tak kunjung sembuh. Untung dokternya langsung tahu kalau itu gejala kusta. Wah penting banget nih sosialisasj tentang penyakit kusta bagi orang-orang yang awam seperti saya. Artikel yang bagus sekali mba ❤
ReplyDeleteJadi inget dulu ada tetangga yang menderita kusta digunjing dan dijauhi karena stigma yang beredar di masyrakat. Penting banget ya ternyata untuk edukasi orang-orang agar langkah yang diambil nggak merugikan bahkan menyinggung si penderita.
ReplyDeleteMemang betul edukasi soal penyakit ini kurang, apalagi di daerah pelosok. Seringkali dianggap penyakit kulit biasa saja. Kalau sudah parah malah penderita langsung dijauhi. Mudah-mudahan banyak blogger menulis jadi makin meluas informasi soal ini.
ReplyDeleteSaya belum pernah bertemu langsung dengan penderita kusta ini, di daerah saya sepertinya tidak ada yang menderita penyakit ini.
ReplyDeletePengobatannya bisa sembuh, dan tidak meninggalkan kecacatan, apabila diobati sejak masih gejala ringan ya.
Butuh sosialisasi ya ini, terutama daerah yang banyak penderita kustanya supaya tidak terlambat dalam memulai pengobatan.
iya perlu adanya sosialisasi yg menyeluruh terkait ini. terimakasih sudah menulis artikel ini dn bermanfaat
ReplyDeleteperlu banget ada informasi seperti ini, sangat bermanfaat
ReplyDeleteArtikelnya edukatif sekali, Mba. Terima kasih sudah sharing.
ReplyDeleteKalau udah membahas stigma, mau stigma tentang apapun memang rumit ya mba. Stereotip masyarakat ada-ada aja. Padahal apa yang distigmakan belum tentu benar. Semoga ke depannya masyarakat lebih aware lagi dengan penyakit ini dan tidak memunculkan stigma yang semakin buruk. Thanks for sharing mba :)
ReplyDeletenah soal penurunan kasus itu memang musti dicek apakah bener memang kasusnya turun atau keterbatasan selama pandemi ?... kan selama pandemi ada PPKM yang membatasi orang ke rumah sakit, ke lab, dan ke lapangan untuk tugas lapang.
ReplyDeleteTernyata, jangan remehkan bercak putih di kulit jika disertai kelimbungan.
ReplyDeletemenarik dan edukatif sekali artikelnya mba.
Membangun kesadaran ini nih yg perlu kita gencarkan salah satuny dg menulis artikel edukatif gini
ReplyDelete