"UDAH AKU MAU KELUAR AJA"
Sebuah kalimat yang tak aneh sering kita baca dalam sebuah percakapan atau didengar dalam dunia nyata ketika sudah tidak nyaman dengan situasi atau bahkan orang tertentu. Apakah kalimat tersebut menjadi sebuah pamit atau hanya ingin mencari perhatian saja?
Kali ini Jelajah Mia akan coba bahas berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang dialami selama berkelana dalam dunia sosial media dan dunia nyata (ya ampun bahasanya berasa wanita penjelajah aja deh)
Fenomena Yang Sering Terjadi
Dalam sebuah interaksi sosial atau kehidupan silaturahmi tentu tidak segalanya berjalan dengan mulus adakalanya suatu keadaan membuat kita tidak nyaman, tidak sesuai dengan prinsip/visi kita atau hal lainnya yang membuat kita tanpa sadar terucap untuk keluar dari lingkaran tersebut, entah dalam bentuk kalimat dan didukung nada tinggi terucap untuk keluar.
Kejadian lain dalam sebuah percakapan di grup sosial media misalnya whatsapp atau line, ada masa ketika kita tidak nyaman atau pengen caper (cari perhatian) atau hal lainnya tiba-tiba keluar grup ya mending kalau sebelum keluar grup permisi dulu menyampaikan maksud kenapa keluar misal grup kepenuhan, hape error, atau sebab krusial lainnya eh ini tiba-tiba left dan membuat pertanyaan banyak pihak sehingga banyak keambiguan yang mengganggu interaksi pihak 𝚕𝚊𝚒𝚗𝚗𝚢𝚊
Terselip perasaan berharap ketika kita mengucapkan kalimat tersebut yang mendengarkan dan melihat membuat kita dibujuk dan dirayu untuk kembali agar tidak keluar itu harapan 𝚒𝚗𝚍𝚊𝚑𝚗𝚢𝚊
Fakta dan Solusi
Faktanya ketika kita keluar tidak semua respek bahkan kecenderungan apatis dan masa bodo
Semua permasalahan pasti ada solusi jalan keluar dan tidak semua selesai dengan kita keluar dari lingkaran permasalah
Kalau pada saat kita keluar atau berucap untuk keluar tiba-tiba ada yang berkata "ya udah kalau mau keluar silahkan" gondok ga 𝚝𝚞𝚑𝚑𝚑
Hal tersebut pernah saya alami ketika masa sekolah pada saat rapat untuk persiapan mos (kalau sekarang mpls duhhh keliatan tuirnya) lagi panas-panasnya rapat karena ingin diperhatikan dan didengar pendapatnya terucaplah kalimat "ah kesel mau keluar aja" mungkin karena si pemimpin rapat juga kesel banget ke saya yang tukang protes dengan lempengnya dia bilang "silahkan mi kalau mau keluar pintu udah kebuka" ya karena sudah halus diusir keluarlah eke dan end aja urusan. Gengsi dong masa iya udah diusir malah masih diam aja ditempat.
Pun ketika kita sebagai senior atau orang tua bila berkata kepada yang lebih muda agar jauh lebih didengarkan maka berkata "keluar" belum tentu mendapat respek atau perhatian dari yunior atau anak kita. Karena anak zaman sekarang (tua banget ini kalimat) ketika kita marah dan mengancam justru malah menantang bukan jadi takut, terjadi saat saya mengajar tanpa sengaja mendengar percakapan anak murid yang kurang lebihnya berkata "guru itu (skip nama) ngancem kita kalau nakal terus mau keluar kelas dan ga mau ngajar kita lagi ya udah mending keluar aja tuh guru nanti juga pasti ada guru baru lagi."
Jadi bisa diambil kesimpulan tak selamanya metode berkata keluar efektif mendapat respek yang menjadikan orang berubah demi kita yang ada malah jadi bahan olok-olok dan ledekan.
Apabila dihadapkan pada situasi tidak nyaman dan ingin keluar dari sebuah grup/lingkaran/bahkan kerja sekalipun, jangan lupakan keluarlah dengan adab. Pamitlah dengan baik-baik dan sampaikan alasan dengan cara sebijak mungkin. Apapun keputusanmu bila akhirnya memutuskan untuk keluar, pikirkanlah dengan baik-baik agar tidak menyesali keputusan yang sudah terlanjur diputuskan (kalau istilah Sunda tuh 'kaduhung'). Jangan sampai hanya karena emosi sesaat, ilmu yang kita punya tidak dinilai baik oleh orang lain karena adab yang kita lakukan.
Penutup
Tiada cara terbaik dalam menyelesaikan masalah ketidaknyamanan kita yang baik adalah coba untuk tak ikut dalam arus permasalahan dan tenangkan emosi lalu setelah tenang selesaikanlah. Sebaik-baiknya masalah adalah diselesaikan bukan hanya sekedar dicari solusi. Dahulukan adab diatas ilmu.
Betul Teh, walau kesel ya, adab atau berpamitan dulu akan lebih baik kesannya. Hade goreng ku basa, leres kan?
ReplyDeleteDahulukan adab sebelum ilmu
ReplyDeletesetujuuu bgt dgn prinsip dasar ini.
apapun itu, kudu junjung adab yg baik, di manapun kapanpun dgn media apapun
(Nurul bukanbocahbiasa(dot)com)
Ahahaha, saya juga pernah begini, mbaa, left tiba2 gegara ganti hp, semua pada heboh segrup, jadi saya japri salah satu admin, akhirnya saya kembali lagi bergabung dn langsung dihujani berbagai pertanyaan seputar left yg tiba2 itu 🤭
ReplyDeleteSetuju. Semua bisa dibicarajan baik-baik dengan adab yang baik
ReplyDeleteKadang jengkel kalau kita dimasukkan grup tanpa izin, kalau mau keluar ya keluar aja Mbak. Ternyata memang masih salah ya. Sepertinya saya harus banyak berbenah.
ReplyDeleteSetuju sekali Mbak. Adab itu sangat penting. Dulu ketika ingin bergabung dengan suatu grup pasti ada tujuan baik, maka ketika keluar pun harus disampaikan dengan baik-baik ya.
ReplyDeleteKalo saya malah tetep tinggal di grup yang udah lama gak kepake, saking kikuknya mau left group 😄 tapi setelah dipikir2 saya juga pernah juga left group di kehidupan nyata tanpa pamit dulu, waktu masih muda dulu 😅
ReplyDeleteHehe, iya
ReplyDeleteKadang bingung juga ya
Gimana cara keluar grup
Ada adabnya juga
Idealnya memang pamit dari grup sih. Tapi ada grup yang kalau kita keluar tetap aja dimasukkan lagi. Atau dimasukkan tanpa seizin kita.
ReplyDeletekarena meski dalam bentuk media online, sejatinya tetap harus ada sopan santunya dalam berkomunikasi di grup
ReplyDeleteAh bener, dahulukan adab sebelum ilmu.
ReplyDeletemasuk baik-baik, keluar juga baik-baik ya
ReplyDeletesy juga kalau sudah tidak nyaman di grup memilih untuk keluar, tapi tetap pamitan dulu, permisi, terima kasih sudah diperkenankan gabung
kalau kebanyakan grup juga, hpnya ga kuat
Dahulukan adab di atas ilmu. Setuju!
ReplyDeleteSaya juga kalau keluar grup pakai pengantar, "Saya izin pamit ya...bla..bla". Jadi istilahnya enggak main keluar dan nganggap enggak ada siapa-siapa di dalam.
Makasih sudah diingatkan Mbak:)
Setuju mba, dahulukan adab sebelum ilmu. Banyak sih kejadian seperti ini di kehidupan sehari-hari, kadang karena terlalu baper trus tiba-tiba left. Kata-kata dalam ketikan bisa berarti jelek atau tidak tergantung yang membaca. Kalau yang membaca lagi posisi badmood, ketikan yang seharusnya bernada biasa saja bisa terkesan menyudutkan
ReplyDeleteKadang karena merasa nggak mengenal orang-orang digrup secara nyata, dan posisi kita digrup yg tidak terlalu penting, serta kepentingan kita digrup semakin rendah, hampir nggak ada. Ya udah, keluar aja tanpa kata permisi. Terima kasih sharingnya kak. Jadi bahan instropeksi diri
ReplyDeleteSepakat Kak, pernah juga sih merasa pengen keluar grup, tapi ndak ada sesuatu yang primer bikin daku mau keluar, akhirnya ndak jadi, karena di grup itu kita akan bertemu bermacam-macam orang yah.
ReplyDeleteadab sebelum ilmu.. sesuatu yg mudah dilupakan karena emosi sesaat huhu.. terimakasih reminder nya mba
ReplyDeletememang sebaiknya kalau mau keluar grup itu harus izin dulu ya, mbak. meskipun mungkin tetap bakal diomongin blablabla setidaknya kita tidak langsung kabur gitu aja tanpa basa basi
ReplyDeletePandangan dari teman lain gini "kita nggak usah nanya atau orang juga nggak perlu kita tanya kenapa keluar grup, itu hak dia. Yang ada ketika kita tanya dia malah makin nggak nyaman. Kalau dia keluar ya tandanya dia udah ngerasa nggak cocok sama rutinitas grup. Case closed.
ReplyDeleteTapi aku pribadi biasanya pamit sih minimal ke admin kalau mau keluar grup