Halo sobat Jelajah Mia, pernah dengar istilah innerchild? Sebenarnya apa itu inner child? Bagaimana dampak luka pengasuhan dan cara mengatasinya?
Bertemu
dengan Inner Child
Sabtu,
19 Maret 2022, Jelajah Mia berkesempatan mengikuti workshop bareng pakar di
bidang inner child , yakni dandiahconsultant bersama
Komunitas ISB dalam salah satu programnya yaitu #BincangISB secara virtual,
dengan menggunakan zoom meeting.
Acara
yang diprakasai oleh founder Komunitas ISB yaitu Teh Ani, agar kita menulis
tentang Inner Child dengan benar dengan bersumber langsung dari pakarnya sebagai
salah satu tema tantangan ODOP. Berbicara tentang Inner Child tentu tak jauh
dari memahami masa lalu yang tidak atau belum mendapatkan penyelesaian dengan
baik.
Menurut
Diah Mahmudah S.Psi dan Dandi Birdy S.Psi sang suami, setiap orang bisa jadi memiliki inner child
karena memang punya pengalaman masing-masing dalam menjalani kehidupan masa
kecil bersama keluarga, dan circle di sekitarnya. Sehingga tidak menutup
kemungkinan akan terjadi peristiwa yang dapat memberikan luka, maupun
sebaliknya, kesenangan yang akan disimpan dalam memori dan ingatannya. Dari
acara yang Jelajah Mia ikuti, ada beberapa insight yang didapat dan mau
dibagikan biar sama-sama memahami, apa itu inner child.
Apa
itu Inner Child?
Inner
child adalah bagian dari diri kita yang tidak ikut tumbuh dan tetap menjadi
anak-anak. Artinya bagian tersebut terus menetap dan bersembunyi di dalam diri
kita. Bagian ini memegang erat setiap ingatan dan emosi yang pernah dialami
saat masih kecil. Ingatan ini bisa Indah maupun buruk. Ingatan itu berhubungan dengan luka pengasuhan, apa saja yang menjadi pemicunya?
Luka
Pengasuhan
Ada
tujuh tema luka pengasuhan yang dapat menjadi pemicu inner child ini, yaitu:
1.
Unwanted Child
Keinginan
masa kecil yang belum pernah tercapai. Seperti ketika kecil ingin punya sepeda,
tapi karena orang tua takut nanti bakal jatuh dan kenapa-napa sehingga tidak
dibelikan.
2.
Bullying atau perundungan
Hal
yang seringkali kita dengar, bahkan mungkin pernah dialami yang membuat masa
kecil dulu jadi takut dan insecure, bahkan sampai menyisakan dendam dan butuh
pembuktian.
3.
Sibling Rivalry
Persaingan
antar saudara. Dari kecil seringkali dibanding-bandingkan dengan dengan
saudaranya, entah masalah kepintaran, prestasi atau apapun. Bahkan setiap kali
ada pertemuan atau kumpul keluarga besar yang membawa anak kecil selalu
dibanding-bandingkan akan membuat anak menyimpan rasa sakit yang tak terkatakan.
4.
Buah helicopter parenting
Pola
asuh dimana orang tua terlalu dominan pada anak, dan cenderung terlalu terlibat
pada kehidupan mereka. Bahkan anak tidak dibiarkan mengambil keputusan sendiri
karena takut mengambil pilihan yang salah, meski untuk masa depannya sendiri
karena semua fasilitas sudah diberikan oleh orang tuanya secara afeksi atau
perhatian.
5.
Parent way
Orang
tua yang terlalu keras dalam bersikap seolah mengendalikan anak, sehingga
berkesan otoriter.
6.
Anak broken home
Kondisi
perceraian orang tua yang menyisakan pengalaman pahit dan menjadi luka. Mungkin
karena pertengkaran mereka, pengalaman yang tidak menyenangkan, bahkan
kekerasan dalam rumah tangga. Kondisi anak seperti ini akan menjadi rapuh.
7.
Anak terlantar di rumah mewah
Seperti
burung dalam sangkar emas. Bukan hal yang menyenangkan juga berada di situasi
keluarga yang berkecukupan tapi tak pernah mendapat kasih sayang dari orang
sekitar, terutama keluarga dan orang tua karena sibuk bekerja, mungkin sehingga anak akan merasa
trauma sendirian, merasakan tak punya teman yang bisa diajak bicara, sharing
kehidupan dan sebagainya.
Ada
tiga hal yang dapat dilakukan untuk membasuh luka pengasuhan, yaitu dengan:
1.
Ilmu Self Healing Therapi
Agar
bisa keluar dari zona mental kurba.
2.
The Power of Forgiveness
Memaafkan
untuk membersihkan jiwa dari ragam penyakit hati.
3.
Anger Management
Mengatur
kemarahan dan ledakan emosi dengan baik, terutama saat menemukan situasi dan
kondisi yang membuat seseorang mengingat kembali atau mengenangkan hal yang
berkaitan dengan luka batinnya.
Jika
ingin menyiapkan generasi yang lebih baik maka mari kita mulai dari diri kita
sebagai orang tua. Memutus rantasi inner child yang terluka itu sampai kita
saja, sebab inner child adalah sebuah mata rantai yang perlu diputus.
Penutup
Salah
satu penutup yang berkesan pada workshop kemarin yang bisa Jelajah Mia dapatkan
yaitu kita mencoba untuk menemukan celah dibalik luka dan mengambil hikmah
dibalik musibah.
Yok, mulai dari kita untuk memutus rantai innerchild yang terluka ini.
Post a Comment
Post a Comment