Sering
kali saat melakukan perbuatan baik, kita selalu ingin dipuji dan diakui oleh
orang lain. Kita suka lupa bahwa ujian bukan hanya dari sebuah musibah tapi
juga berupa kenikmatan, yaitu diberi uang atau materi. Lalu bagaimana caranya
agar perbuatan baik kita menjadi sebuah kebiasaan tanpa merendahkan orang lain?
Saya
ingin mengutip sebuah kisah yang diceritakan pada buku Bukan Untuk Dibaca karya
Deassy M. Destiani dengan subjudul, “Lupa Karena Rezeki”
Kisah
Lupa Karena Rezeki
Seorang
mandor bangunan yang berada di lantai 5 ingin memanggil pekerjanya yang lagi bekerja
di bawah. Setelah sang mandor berkali-kali teriak memanggil, si pekerja tidak
dapat mendengar karena fokus pada pekerjaannya dan bisingnya alat bangunan.
Sang mandor terus berusaha agar si pekerja mau menoleh ke atas, dilemparnya
uang 1000an yang jatuh tepat di sebelah si pekerja. Si pekerja hanya memungut uang
1000 dan melanjutkan pekerjaan.
Sang
mandor akhirnya melemparkan 100.000 dan berharap si pekerja mau mengadah
sebentar ke atas. Akan tetapi si pekerja hanya melompat kegirangan karena menemukan
uang 100.000 dan kembali bekerja.
Akhirnya
sang mandor melemparkan batu kecil tepat mengenai kepala si pekerja. Merasa
kesakitan akhirnya si pekerja menoleh ke atas dan dapat berkomunikasi dengan
sang mandor
Hubungan
perbuatan baik dan kebiasaan
Bisa
jadi mengapa pekerja tidak menegok ke atas saat bekerja, ada hubugannya dengan
kebiasaaa, Dalam Islam, perbuatan baik diakui sebagai tindakan demi
menyenangkan Allah, sang pencipta. Terkait hal tersebut, Alquran juga
menegaskan adanya imbalan yang besar bagi siapa pun yang tulus melakukan
kebaikan.
Salah
satu contohnya terdapat pada Surat An-Nisa ayat 40 yang berbunyi
"Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah,
dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya
dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar."
Tak
hanya itu, dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari, Nabi Muhammad
juga mendorong kebaikan menjadi kebiasaan "Lakukan apa pun yang kamu
sukai, selama itu tidak mempermalukanmu."
Dengan
demikian, langkah awal menjadikan perbuatan baik sebuah kebiasaan, adalah
mengkondisikan pikiran untuk menciptakan kebiasaan dari perbuatan baik, tanpa
merasa terhalang atau malu dengan perbuatan tersebut.
Penutup
Dari
kisah sang mandor yang melemparkan yang kepada pekerja, apa sih yang bisa kita
daparkan? Terkadang agar kita bisa kembali ke jalan yang lurus, Allah
memberikan ujian sekeras batu, sehingga kita tersadar dan kembali ke jalan-Nya.
Karena
sering kali ujian berupa kenikmatan, yaitu diberi uang atau materi malah
membuat manusia menjadi sombong, kikir dan tidak berpikir untuk beribadah
pada-Nya. Tuhan selalu ingin menyapa kita maka janganlah lupa untuk mengadah
bersyukur pada-Nya.
Sumber
Referensi
Deassy
M. Destiani. 2016. Bukan Untuk Dibaca. Surakarta : Selaksa Publishing
Post a Comment
Post a Comment