Puasa di bulan Ramadan sering disebut sebagai momentum muhasabah diri. Ibarat komputer, puasa merupakan proses me-restart diri. Restart dapat diartikan sebagai proses memulai kembali yang sebelumnya dimatikan beberapa saat agar dapat terkoneksi secara baik.
Puasa sesungguhnya merupakan
ibadah untuk menahan diri. Banyak anjuran dalam pencegahan COVID-19 tercermin
dalam ibadah puasa. Kita diminta untuk menahan diri dari keluar rumah kecuali
untuk urusan kebutuhan pokok. Kita perlu menahan diri untuk mengurangi konsumsi
di luar hal-hal yang diperlukan karena kita tidak tahu sampai kapan pandemi
akan berakhir.
3 Dimensi Penting dalam
Puasa
Pertama, dimensi ritual
formal (fisik)
Di sini puasa dimaknai
sebagai ritual mencegah dari segala sesuatu yang membatalkan (makan, minum,
bersetubuh).
Kedua, dimensi ritual
spiritual (rohaniah)
Artinya, puasa sebagai
ritual menjauhkan diri dari segala sifat buruk dan sesuatu yang diikuti nafsu.
Ketiga, dimensi ritual
intelektual
Dengan berpuasa, kita akan
semakin tahu siapa sebenarnya diri kita. Dengan kata lain, puasa bukan sekadar
ritus tahunan yang berisi ritual peribadatan. Namun, puasa menghadirkan ruang
untuk merenung
Puasa Memunculkan Empati
Tak hanya menahan makan dan
minum. Pada prakteknya puasa juga terkait dengan pengendalian hasrat-hasrat
lain yang lebih kompleks. Misalnya pengendalian berbagai emosi negatif, seperti
marah dan benci. "Lewat puasa, banyak orang berharap dapat mencapai tahap
kematangan diri yang lebih baik dalam kehidupannya, salah satunya mampu
memunculkan rasa empati.
Sehebat apapun manusia
berencana, Tuhanlah yang menentukan. Selain itu, kita berharap puasa di tengah
pandemi tidak hanya mampu menumbuhkan kepekaan spiritual seseorang, namun juga
kepekaan sosial. Wujud dari kepekaan sosial ialah sikap empati dan pro-sosial.
Empati berarti suatu keadaan di mana orang merasa dirinya berada dalam perasaan
atau pikiran yang sama dengan orang lain.
Tips Sehat Selama Berpuasa
Berikut beberapa tips
menjaga kesehatan selama menjalankan puasa di tengah pandemi COVID-19, yaitu :
1. Memperhatikan asupan
makanan
2. Tetap di rumah saja
3. Olahraga di rumah saja
4. Lengkapi nutrisi dengan
multivitamin
5. Melakukan hal-hal yang
disenangi
Makna Puasa Bagi Jelajah Mia
Puasa di Ramadan kali ini
sunggulah istimewa, dimana dianugerahi keberkahan hamil dan merasakan hamil
dibulan puasa. Apalagi masuk ke trimester kedua, pergerakan dan pertumbuhan
sesuatu dalam perut makin berasa. Niat diawal ingin bisa diajak puasa walaupun
selang seling tapi ternyata baru diajak puasa sampai tengah hari sudah panas
dingin dan perut kencang jadi akhirnya memutuskan untuk tidak berpuasa. Apakah
kondisi hamil bisa untuk tidak berpuasa?
Puasa bagi seorang muslim,
ini adalah salah satu dari lima pilar agama Islam. Namun, banyak ibu hamil yang
bimbang apakah dia harus tetap melaksanakan kewajiban satu bulan penuh ini atau
tidak. Merangkum dari berbagai sumber, diberitahukan bahwa dalam hukum puasa
bagi ibu hamil, memang benar apabila dikatakan ibu hamil termasuk orang yang
dibebani tugas berpuasa sebagaimana yang lainnya.
Akan tetapi, dalam hukum
puasa bagi ibu hamil, jika ibu tersebut khawatir puasanya akan berbahaya bagi
dirinya atau janinnya, maka ibu hamil tersebut boleh membatalkannya. Ini
diperkuat oleh salah satu hadist dari HR. Abu Daud, dishahihkan oleh Al-Albany
dalam Kitab Irwa'ul Ghalil.
Hadist tersebut menyebutkan
bahwa ibu hamil dan atau ibu menyusui, jika keduanya takut membahayakan
anak-anak mereka, maka mereka boleh berbuka dan sebagai gantinya memberi makan
orang miskin.
Membatalkan puasa atau tidak
berpuasa bagi ibu hamil, hukum puasa bagi ibu hamil mengatakan bisa atau boleh,
wajib atau haram. Boleh berbuka, jika puasa terasa berat bagi dirinya, meskipun
tidak membahayakannya. Hukum puasa bagi ibu hamil mengatakan wajib membatalkan
puasa, jika puasa baginya membahakan dirinya atau membahayakan janinnya. Terakhir,
bisa menjadi haram, apabila puasa tersebut tidak memberatkan dirinya.
Syekh Ibnu Utsaimin
rahimahullah mengatakan hukum puasa bagi ibu hamil bahwa wanita yang hamil
kondisinya ada dua. Pertama, dirinya kuat dan giat, tidak sulit baginya
berpuasa dan tidak berpengaruh bagi janinnya. Ibu seperti ini wajib berpuasa,
karena tidak ada kepentingan bagi ibu tersebut untuk meninggalkan puasa.
"Kedua, ibu tersebut
tidak kuasa berpuasa, karena hamilnya berat atau fisiknya lemah atau sebab
lain. Dalam kondisi seperti ini, hendaknya dia berbuka. Apalagi jika berbahaya
bagi janinnya, ketika itu dia bahkan wajib berbuka."
Penutup
Itu dia makna puasa bagi
Jelajah Mia. Jadi, sudah wajib hukumnya untuk menjaga anugerah sekaligus
titipan Allah SWT selama masa kehamilan hingga waktu persalinan nanti. Berikan
perlindungan yang terbaik, agar sehat sampai waktu kelahiran tiba. Lalu makna
puasa bagi kalian apa?
Post a Comment
Post a Comment