Indonesia
adalah negara yang memiiki segala kekayaan ragam budaya dan keseniannya. Setiap
daerah memiliki ciri khas dan keistimewaan masing-masing, termasuk permainan
tradisional yang perlu dilestarikan.
Siapa
yang masa kecilnya puas dengan main dan bahkan sampai disusulin orang tuanya
untuk pulang?
Permainan Tradisional Bentuk Kearifan Lokal
Ya,
karena permainan tradisional yang sangat melekat pada anak-anak sebelum
generasi Z dalam kesehariannya. Ditambah badai pandemi kalau itu, permainan
tradisional yang masuk ke dalam kearifan lokal ini mulai sirna tergerus dengan
perkembangan zaman, apalagi oleh penggunaan gadget.
Hal
ini tentu sangat memprihatinkan karena efek digitalisasi bisa terus menggeser
minat pada permainan tradisional. dan bisa berujung pada berakhirnya budaya dan
kearifan lokal yang ada. Permainan tradisional merupakan wujud dari nilai-nilai
kearifan lokal.
Anak-anak
dalam kesehariannya biasa disibukkan dengan kegiatan bermain bersama, baik itu
pada sore hari dan libur sekolah.
Terutama
saat puasa seperti sekarang ini, ngabuburit kala itu ya dihabiskan dengan
segala macam permainan tradisional. Mungkin ini pula salah satu alasan
terjadinya kedurjanaan masa puasa 🤣.
Setiap
daerah pasti ada permainan tradisional khasnya masing-masing. Saat ini saya mau
membahas salah satu permainan tradisional dari daerah Sunda.
1. Cingciripit
Aturan
permainan tradisional Sunda ini sangat sederhana dan bisa dimainkan oleh semua
kalangan usia. Cingciripit biasanya dimainkan sebelum permainan lainnya untuk
menentukan pemain yang akan menjadi kucing (dalam Bahasa Sunda disebut emeng).
Para
pemain Cingciripit harus berkumpul membentuk lingkaran. Kemudian, salah seorang
pemain harus membuka telapak tangan agar pemain lainnya dapat meletakkan satu
telunjuk di atasnya.
Setelah
formasi siap, seluruh pemain akan menyanyikan lagu Cingciripit. Saat lagu
hampir berakhir, semua pemain harus bersiap mengangkat telunjuknya. Pemain yang
terlambat mengangkat telunjuk dan tertangkap oleh telapak tangan yang tertutup
dinyatakan kalah dan harus menjadi kucing.
Ada
yang masih ingat dengan lirik lagunya?
Cing
ciripit
Tulang
bajing kacapit
Kacapit
ku bulu pare
Bulu
pare seuseukeutna
Jol
pa dalang mawa wayang
Jrek-jrek
nong, jrek-jrek nong
2. Oray-orayan
Oray-orayan
bernuansa ceria karena memadukan unsur gerak dan suara serta dilakukan oleh
pemain dalam jumlah banyak. Dua pemain bertugas sebagai gerbang yang saling
berpegangan tangan.
Masing-masing
gerbang tersebut berperan sebagai bulan dan bintang yang posisinya
dirahasiakan. Sisa pemain lainnya berbaris panjang kemudian barisan pemain
harus melewati gerbang terus-menerus sambil menyanyikan lagu bertajuk
Oray-orayan.
Pada
akhir lagu, dua pemain yang bertindak sebagai gerbang akan menurunkan tangan
untuk menangkap satu pemain dalam barisan. Lalu pemain tersebut diminta memilih
bulan atau bintang sebelum akhirnya berbaris di belakang pilihannya.
Jika
barisan pemain sudah habis, kubu bulan dan bintang akan adu kekuatan dengan
cara saling menarik tangan menyerupai permainan tarik tambang.
3.
Galah Asin
Galah
asin biasanya dimainkan oleh dua tim yang masing-masing terdiri dari tiga
hingga tujuh pemain. Satu tim bertugas sebagai penjaga yang berdiri sejajar,
dan ada pula yang berdiri melintang untuk menjaga garis depan hingga belakang.
Tim lainnya bertugas untuk masuk ke area
permainan yang telah dijaga ketat tanpa tersentuh atau tertangkap oleh para
penjaga. Permainan tradisional Jawa Barat yang satu ini menuntut pemainnya
untuk jeli dan tangkas saat bergerak.
4.
Gatrik
Di
kawasan Jakarta dan sekitarnya, Gatrik lebih dikenal dengan nama Tok Kadal
Lobang. Permainan tradisional Jawa Barat yang satu ini membutuhkan dua bilah
kayu atau bambu, satu bilah harus berukuran 30 cm dan bilah lainnya berukuran
lebih pendek.
Cara
bermainnya sangat mudah. Potongan bambu yang pendek diletakkan secara melintang
pada permukaan dua buah batu. Salah satu pemain harus memukulnya bambu panjang
agar bambu pendek tersebut melayang sejauh mungkin hingga tidak bisa ditangkap
oleh tim lawan yang sedang berjaga-jaga.
5.
Anjang-anjangan
Anjang-anjangan
sebenarnya juga populer di berbagai daerah lain dengan nama yang berbeda. Pada
permainan tradisional ini, anak-anak akan menirukan orang dewasa yang sudah
berumah tangga.
Meskipun
lebih sering dimainkan anak perempuan, kadang kala anak laki-laki juga ikut
memainkannya. Ada yang berperan sebagai ibu, bapak, dan anak. Ada pula variasi
peran lainnya seperti dokter, guru, atau pedagang sayuran. Biasanya ada pula
pemain yang berperan sebagai sutradara agar jalan cerita bisa diatur dan terasa
lebih seru.
Penutup
Generasi
muda di zaman modern sangat familiar dengan game online yang bisa dimainkan di
smartphone dan gadget lainnya. Game online memang seru dan sangat variatif.
Namun,
sebenarnya permainan tradisional Sunda tak kalah menarik untuk dimainkan.
Permainan tradisional merupakan wujud kearifan lokal.
Adakah
yang tidak asing dengan 5 permainan tradisional? Atau didaerah sobat Jelajah
Mia ada permainan tradisional khas daerah masing-masing, yuk berbagi di kolom
komentar!
Jadi kangen masa kecil sebelum ada gadget. Selalu main sama teman. Nggak nyangka kalau suatu hari permainan semacam ini akan terancam punah karena modernisasi. Padahal seru banget mainnya.
ReplyDeleteAku sangat akrab sama 5 permainan tradisional sunda karena memang besar di tanah sunda 🥰😍 Duh jadi kangen suasana dan kenangan jaman main. Seru banget, biasanya batas maksimal main itu sebelum ashar. Habis ashar udah harus mandi dan berangkat ngaji. Sampai ke tempat ngaji sebelum magrib biasanya main di depan masjid. Seru pisan. Beneran ya Indonesia itu serba kaya dan berbudaya.
ReplyDeleteBeda daerah beda penyebutan ternyata ya kak. Agak asing dengan istilah permainannya, tapi ketika baca keterangannya ternyata permainan yang sama. Seperti gatrik, kalau di tempatku biasa disebut benthik, ada gobak sodor juga. Eh kalau cing ciripit ini sama, cuma syair lagunya yg berbeda
ReplyDeleteSeneng banget misalnya permainan tradisional tersebut masih aktif dilakukan sampai sekarang ya mbak. Apalagi di tengah gempuran gadget saat ini. Lebih baik bermain bersama teman, permainan tradisional akan terasa makin asyik dilakukan
ReplyDeletePaling sering dan masih kumainkan sampai hari ini tuh Cingciripit ya. Nggak cuma dilakukan kalau mau main kartu bareng geng rusuhku di rumah, nggak jarang buat 'mengundi' siapa melakukan pekerjaan apa dalam urusan beberes rumah pun, masih suka pakai Cingciripit. Buat seseruan aja sih.
ReplyDeleteYa ampun memori call semua ini mah, hahahaha. paling suka main angjang anjangan dan galah. seru banget. eh sorodot gaplok gak masuk list nih, padahal itu juga seru. benteng bentengan (eh ini sama dengan galah ya) juga dan sondlah. ngajarin anak anak main kek gini juga seru. mereka mulai main galah juga loh
ReplyDeleteSemuanya pernah kumainkan waktu kecil dulu. Tapi karena dulu tinggal di Papua, namanya saja yang beda sih. Ahh jadi kangen dengan masa kecil dulu deh.
ReplyDeleteIni mah ngalamin semua permainan jaman baheula nya, duh kangen jaman bocil yang gak pernah cape maen dari siang sampe sore hari sebelum disusulin ibu atau kaka buat cepet-cepet mandi hehehe
ReplyDeleteTernyata galah asin dan gatrik permainan khas sunda ya. Tapi di daerah sumatera pernah liat anak SD main galah asin dan gatrik. Ternyata galah asin dan gatrik sudah menjadi permainan nasional..:)
ReplyDeletePermainan tradisional khas Sunda banyak juga ya kak Aku baru ngeh lho unik dan menarik ini
ReplyDeleteDari nama beda sesuai daerah ya
ReplyDeleteKalau Oray-Orayan di kampung saya namanya Toko Toko Diang hahaha
Trus Galah Asin ini namanya di kampung Dor-Dor
Seru ya kalau ingat
Aku bukan urang Sunda tapi baca deskripsi permainan tradisional Sunda di atas ada beberapa yang sama dengan daerahku, beda nama aja. Eh apa ada semacam kampung main untuk melestarikan permainan ini?
ReplyDeleteberasa jadi ingin balik lagi ke masa kecil, tapi kok ya tidak mungkin ya. Ini bakal jadi saksi, serunya permainan tradisional jaman dulu
ReplyDeleteRagam permainan tradisional ini hampir serupa sih disetiap daerah, cuma dengan penamaan yang sedikit berbeda aja. Kayak oray-orayan ini kalau di Palembang namanya permainan ular naga. Lucu sih kalau diingat lagi, masa-masa kecil memainkan permainan tradisional. Permainan enggrang ada nggak sih di tanah Pasundan Kak?
ReplyDeleteYa Allah, jadi keinget waktu kecil pas suka maen-maen kaya cingciripit dan oray-orayan. Jadi kangen teman-teman sepermainan juga waktu kecil.
ReplyDeleteAh, tulisan Teh Mia ini bikin kenangan indah waktu kecil berkelabatan dengan mainan-mainan lokal sunda nya. hatur nuhun Teh
Mirip-mirip dengan permainan tradisional di kampungku. Mungkin memang hanya beda daerah beda nama saja kali ya...
ReplyDeleteWah baca artikel ini jadi ingat ke masa kecil. Semua yg ditulis di atas mainan kesukaan saya semua. Apalagi gatrik hehe..seru main gatrik itu...jadi kangen masa masa kecil dulu...saat dunia game belum menyerang penduduk bumi hehe
ReplyDeleteMasyaallah, meskipun aku bukan orang Sunda tapi menarik ya Mbak. Indonesia memang kaya akan budayanya...
ReplyDeletePermainan tradisional memang bisa mendukung kreativitas anak, skill komunikasi, dan tentunya mengajarkan anak untuk bersosialisasi
ReplyDeleteKayaknya samaaa permainannya cuman penyebutannya aja yang beda ini hihi.. jadi penasaran sama bahasanya juga nih kak Mia, unik loh bahasa Sunda tuh
ReplyDeleteJadi kangen masa kecil wkwk. Beda daerah beda penyebutannya ya mbak. Sayangnya sekarang permainan tersebut sudah jarang dimainkan. Anak-anak lebih memilih bermain gadget sendiri-sendiri.
ReplyDelete