Tanpa
terasa sudah melewati sembilan belas hari puasa. Tingkatkan aktivitas menjelang
akhir Ramadan pun berbeda. Sudah mulai pusing memikirkan baju lebaran alias
baju bedug yang belum terbeli? Atau mulai pusing dengan daftar thr dan hampers
yang akan dibagikan saat lebaran?
Kenapa ada Tradisi Mudik?
Berbicara
thr dan hampers yang akan dibagikan, tentunya lekat dengan pembicaraan pulang
kampung. Pulang ke kampung halaman atau ada juga yang bilang mudik merupakan
tradisi yang tidak bisa dipisahkan dari perayaan Idulfitri.
Tidak
heran jika menjelang akhir Ramadan, para pemudik mulai meramaikan jalanan
lintas provinsi untuk kembali ke kampung halaman atau ke rumah orang
tua/kerabat.
Setelah
sebelumnya Jelajah Mia membahas tentang suasana awal ramadan, sekarang mari
kita membahas tentang tradisi mudik yang selalu ada.
Kala
pandemi, sempat ramai pembahasan bahwa pulang kampung boleh tapi kalau mudik
tidak boleh. Lalu, ada yang tahu perbedaan mudik dan pulang kampung?
Perbedaan Mudik dan Pulang Kampung
Jika
diperhatikan dengan baik, bahkan KBBI pun menyatakan istilah “mudik” dan
“pulang kampung” itu berbeda. Tidak secara mutlak, hanya saja tidak bisa
dinyatakan sama.
Mudik
sebenarnya penurunan dari kata udik. Menilik KBBI, udik memiliki tiga
pengertian, yaitu sungai yang berada di atas atau hulu sungai; desa, dusun,
kampung; dan kurang sopan santun, kampungan, canggung tingkah lakunya. Dua arti
awal adalah kata benda, sedangkan yang terakhir adalah kata sifat.
Sifat-sifat
kata udik tersebut masih terserap untuk memberi pengertian untuk kata mudik,
yaitu pulang ke kampung asal dan berlayar ke udik. Pulang kampung hanya
memiliki satu pengertian, yaitu kembali ke kampung halaman atau mudik.
Secara
sederhana, mudik dari udik adalah
perbedaan pertama dari dua istilah, mudik dan pulang kampung jika dilihat dari
lema dalam kamus dan morfologi atau ilmu pembentukan kata. Secara budaya,
keduanya juga bisa disebut sebagai kembar tapi tak serupa.
Jika
dilihat dari kebiasaan masyarakat Indonesia menggunakan istilah mudik,
sebenarnya kata ini akan sering muncul ketika menjelang hari besar keagamaan,
terutama Idul Fitri. Sedangkan untuk istilah pulang kampung, bisa dipakai kapan
saja untuk menyatakan seseorang yang merantau di luar daerah asal kembali ke
kampung halamannya.
Fenomena
Tradisi Mudik
Mudik
menjadi sesuatu yang luar biasa. Tidak heran jika aktivitas mudik kerap
menghasilkan nilai-nilai “dramatis”, seperti harus bermacet-macetan,
berdesak-desakan di angkutan umum, menyiapkan perbekalan, hingga tidak jarang
untuk membeli tiket dengan harga yang sungguh berkali-kali lipat dibandingkan
dengan hari biasa.
Bahkan
tiket yang mahal sekalipun, akan susah didapatkan. Istilah sekarang itu ‘war
tiket’. Sobat Jelajah Mia bagaimana mendapat tiket mudiknya?
Saya
lahir di generasi 90an dimana akses jalan dan transportasi tidak senyaman
sekarang. Memang mudiknya masih antar kota dalam satu provinsi. Tapi belum
adanya tol cipularang adalah sesuatu hal perjuangan sekali.
Apalagi
hingga saat ini, saya termasuk manusia mabuk perjalanan, betapa indahnya bukan
menikmati perjalanan pulang kampungnya. Bahkan anakku sudah mulai menunjukkan
gejala mirip ibunya, mabuk perjalanan pula.
Setelah
menikah tentunya agar tidak menjadi hal mengganjal baik dari suami maupun saya,
untuk urusan pulang kampung kami benar-benar adil dan bijak mungkin.
Biasanya
untuk awal Ramadan, pulang kampung ke rumah orang tua saya di Bogor dan lebaran
ke rumah keluarga suami di Sumedang. Kalau ke Bogor kami menggunakan bus, ke
Sumedang menggunakan motor.
Mengapa
demikian? Keluarga saya tipenya urban sekali, lebaran ya udah kumpul biasa
saja. Apalagi sejak kakek nenek tidak ada, rumah tidak terlalu banyak
kunjungan.
Sementara
di keluarga suami, namanya lebaran masih sangat lekat tradisi dan hiporia
aktivitas lebarannya. Biar atala merasakan indahnya suasana lebaran dan
berkumpul bersama sepupu-sepupunya.
Penutup
Kenapa
orang sampai memperjuangan diri untuk pulang kampung? Karena pulang kampung
bukan sekadar kembali ke kampung halaman bertemu orang tua/keluarga/kerabat.
Lebih dari itu, mudik merupakan momentum bertemunya hati serta perasaan.
Bagaimana
mudik tahun ini Sobat Jelajah Mia? Tidak mudik di waktu lebarankah? Atau nanti
sistem pulang kampung saja?
Tahun ini saya kayaknya ngga mudik
ReplyDeletekebagian giliran utk stay di Surabaya.
ya wis gapapa... dinikmati saja
Klo aku harus bersabar untuk pulang kampung, mungkin 2-3 tahun lagi. Klo ada uang pasti pulang, klo pas pun pulang pas Ramazan wah alhamdulillah banget
ReplyDeleteTahun ini saya mudik mbak, sudah rindu sekali dengan kampung halaman. Bagi saya mudik adalah hal yang sangat saya tunggu karena saya bisa berkumpul dengan keluarga dan bisa mengenang masa kecil saya dulu. Terkadang pas mudik saya suka mengunjungi tempat-tempat yang dulu jadi tempat bermain saya
ReplyDeleteSaya mah semua keluarga baik dari pihak saya maupun suami sama sama ada di Cianjur. Jadi ga mudik kemanapun hehehe... Mudiknya jadi serasa ke pasar aja soalnya pada dekatan. Paling jauh itu beda kecamatan hehehe
ReplyDeleteDi era digital seperti sekrang dan zamannya juga makin berkembang, penting banget untuk peka terhadap prospek masa depan. Salah satunya dg ekonomi kreatif ini. Yg bsa mendukung pertumbuhan ekonomi yg lbh baik. Apalagi sekarang jga ada sarana pendukungnya yg bsa dimanfaatkan oleh masyarakat
ReplyDeleteLah salah copy komen😌
ReplyDeleteDi hp selalu eror. Jd komennya aku ketik dl, baru close, buka lgi. Baru tempel dn kirim.
Ini udh ngetik panjang malah gak kekocpy, yg kekirim malah komen ini maapkeun kak.
Btw mudik emang bukan skedar pulang kampung, tp kumpul bersama orng tersayang untuk mencurahkan kerinduan. Ada momen tak terlupakan
Keluarga suamiku kumpul th ini, aku sendiri mudik lebaran kedua
Tahun ini insyaAllah ngelakuin 2-2nya Mba. Mudik lebaran ke rumah keluarga dari pihak Ibu dan pulang kampung di akhir tahun ke rumah keluarga dari pihak Ayah. Jadi adil hihihihi. Tapiii, euphoria yang paling ditunggu-tunggu jelas mudik lebaran sih. Momennya itu spesial karena didapatkan setelah melakukan hal spesial selama satu bulan di bulan Ramadan.
ReplyDeleteSaya mah tidak terlalu memusingkan dan riweuh dengan euphoria Lebaran yang identik dengan beli baju dan pulang kampung. Bagi kami beli baju bisa kapan saja, mudik juga begitu apalagi sekarang zaman teknologi canggih lewat gadjet juga bisa untuk sekedar say hello dan bersilaturahim.
ReplyDeletePas saya komen ini malah sudah sampai di hari ke 23 Ramadan, Teh. Perasaan baru kemari awal puasa, sekarang sudah mau lebaran. Kalau saya biasanya nggak bingung soal baju, karena belinya dicicil dari bulan-bulan sebelumnya. Hhe. Kalau disekaliguskan mah wah emang bikin pusing.
ReplyDeletetradisi mudik yang selalu bikin riweh apalagi mamak-mamak nya ribet sendiri nyiapin ini itu ya... tapi audah tidak sabar pengen seegra pulang bertemu keluarga besar di kampung
ReplyDeleteSaya termasuk tim tdk pernah mudik, mbak. Kedua ortu kami ada di kota yg sama. Duluuu pas masih ada nenek kakek aja keluarga besar saya mengunjungi mereka. Sekarang udah enggak lagi. Kangen euy merasakan sensasi perjalanan jauh demi bertemu dengan keluarga besar.
ReplyDeleteSo happyy..
ReplyDeleteTahun ini aku mudik, in syaa Allaah.
Tapi biasanya yaa, kami suka mudik bawa kendaraan sendiri. Jadi bisa nentuin kapan pulang dan balik lagi. Tapi memang resikonya cape banget. Dinikmati ajaaa sih yaa.. Karena ini nikmat dari Allaah..
Mudik itu termasuk momen yang paling ditunggu karena cuma setahun sekali. Walau dalam prosesnya banyak memakan budget, haha
ReplyDeleteMudik ke kampung suami karena tahun lalu ke kampung saya
ReplyDeleteHmm rasanya memang nano nano apalagi ada keluarga besar yang suka nyinyir wkwkw
Saya setiap lebaran pasti mudik, karena keluarga besar juga selalu menanti.
ReplyDeleteHanya sekali tidak mudik karena ada keluarga sedang sakit
Wah enaknya yang mudik ya kak, aku tidak mudik nih heheueheu
ReplyDeleteUdah 3 tahun ini tidak mudik. Seru ya momen mudik tih. Prepare sana sini buat ketemu keluarga
ReplyDeleteSemoga arus mudik dan balik tahun ini bisa berjalan lancar dan nyaman ya mba.
ReplyDeleteAku udah beberapa tahun mudik di kampung suami, hihihi karena mama mertua sendirian. Semoga dengan mudik wujud cinta kasih kami ke orang tua
ReplyDeleteSaya tidak termasuk penduduk yang punya budaya mudik tapi suka aja melihat berita tentang arus mudik gitu. Seneng melihat keluarga berkumpul di moment tertentu
ReplyDelete