Novel
ini seru banget! Mengangkat tema tentang detektif cilik, persahabatan, dunia
game, perkembangan teknologi, sekaligus dibumbui cerita horror. Bagian
horrornya tidak terlalu seram, jadi cocok juga dibaca anak-anak
Vibesnya
segar dan seru, karena kasus hantu dan teknologi aku belum pernah baca selain
di creepy case club ini. Eh, hal ini juga mengingatkanku kalau kasus hantu
seperti dua sisi koin: percaya ngga percaya.
Creepy
Case Club : Kasus Nyanyian Berhantu
Soleram
Soleram
Soleram
Anak
yang manis
Anak
manis janganlah dicium sayang
Kalau
dicium merah lah pipinya
Satu
dua
Tiga
dan empat
Lima
enam
Tujuh
delapan
Kalau
tuan dapat kawan baru sayang
Kawan
lama ditinggalkan jangan
Ada
yang ingat dengan lirik lagu diatas? Tentu tidak aneh karena bisa jadi salah
satu lagu yang dinyanyikan ketika pelajaran kesenian di SD. Lagu yang liriknya
sederhana alias cepat selesai untuk dinyanyikan.
Creepy
Case Club nama serinya. Mengisahkan tiga orang anak kelas 5 SD bernama Namira,
Jani, dan Vedi. Dengan keunikan karakter masing-masing. Namira anak baru
penyuka dongeng tapi idolanya adalah tokoh penjahat dalam dongeng tersebut.
Jani, ketua kelas dan pintar, kebalikan dari Namira, Jani ini suka sekali
dengan tokoh putri dalam dongeng. Vedi, penampilannya yang khas kutu buku dan
penyuka astronomi, paling tidak suka dengan hal yang diluar logika.
Menceritakan
misteriusnya lagu soleram tapi bukan bahas lirik yang mengandung misteri.
Beredar rumor di kelas SD Baruna Vidya, kalau lagu ini dinyanyikan akan muncul
sosok misterius. Mereka bertiga bekerja sama untuk menguak misteri di balik
lagu tradisional berjudul Soleram.
Bagaimana
perjalanan mereka bertiga dalam menguak kisah dibalik misteri lagu sorelam?
Paling
menarik dari buku ini adalah bagaimana penulis menggunakan fakta-fakta untuk
menjelaskan semua misteri. Termasuk misteri hantu, bagaimana kontak itu
terjadi, hingga kenapa penampakan bisa muncul terkait sebuah peristiwa di masa
lalu. Semua dijelaskan dengan menyesuaikan logika berpikir untuk segmentasi
pembaca SD.
Creepy
Case Club : Kasus Anak Indigo
Merupakan
novel kedua dari Creepy Case Club. Setelah seri pertama dibuka dengan kasus
lagu sorelam, membuat persahabatan Namira, Jani, dan Vedi sudah semakin solid
dan erat.
Trio
detektif cilik penyelidik kasus misterius kembali! Setelah Namira, ada anak
baru lagi di sekolah, dan dia ditempatkan sekelas dengan Namira, Jani, dan
Vedi. Anak baru yang namanya Parva ini punya kelebihan untuk melihat
makhluk-makhluk tak kasatmata, dan hal ini membuatnya dianggap sebagai anak
aneh dan dikucilkan.
Hanya
Namira yang tak gentar mendekati Parva dan mengajaknya berteman. Ternyata, ada
masalah pelik yang sedang Parva hadapi, dan dia butuh bantuan.
Disaat
Namira mengajak kedua sahabatnya untuk membantu Parva, ia dihadapkan pada
penolakan dari kedua sahabatnya. SD Baruna Vidya sedang disibukkan dengan
persiapan bazar besar sekolah.
Apakah
Creepy Case Club akan kembali menyelidiki kasus misterius dan membantu Parva
keluar dari masalahnya?
Bagi
para pecinta misteri tentu tidak asing dengan istilah anak indigo.Di cerita
ini, sang penulis mencoba bermain dengan fenomena anak indigo. Bahkan beberapa
pengetahuan tentang anak-anak indigo disuguhkan melalui narasi maupun dialog.
Di
buku bahkan dijelaskan bahwa indigo adalah warna aura dari orang-orang yang
memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan alam gaib. Penasaran ngga sih,
aura kita warnanya apa?
Saya
menikmati gaya percakapan ketiga anak ini, lengkap dengan celetukan-celetukan
yang sangat ampuh menunjukkan kepribadian mereka masing-masing. Proses mereka
berteori dan menarik kesimpulan
Alur
ceritanya sangat cocok untuk segmentasi pembaca anak karena ringan. Bahkan
sebagai pembaca bukan anak macam diriku, suka dengan plot twist dari kisah ini.
Creepy
Case Club : Kasus Kutukan Congklak
Buku
ketiga Creepy Case Club ini, Namira, Jani, dan Vedi sudah jadi anak kelas 6 SD.
Ku kira tokohnya akan dibuat dengan usia kelas 5 terus.
Pada
buku ketiga, kita akan berkenalan dengan permainan tradisional, yaitu Congklak.
Ada yang tahu dengan permainan congklak? Apalagi Ramadan saat ini, enaknya main
congklak ya ga sih.
Buku
ketiga, giliran Jani "Si Princess" yang kena batunya. Gara-gara
melanggar aturan museum dan memainkan congklak berukir kepala manusia yang
sudah sangat tua umurnya sampai-sampai petugas museum saja tidak tahu menahu
secara dalam kisah dibalik congklak tersebut.
Permainan
congklak tentu tidak bisa dimainkan sendiri. Benar, Jani enggak sendirian. Dia
main dengan Zahra, sahabat lamanya sebelum terlibat Creepy Case Club bersama
Namira dan Vedi. Anehnya, yang kena kutukan ketiban sial beruntun hanya Jani.
Sementara Zahra yang mencuri dua biji congklak malah baik-baik saja.
"Kalau
kutukan bekerja karena ada benda yang dicuri , kutukan akan berhenti pada benda
itu dikembalikan. Kalau kutukan itu dijatuhkan oleh seseorang, kutukan berhenti
kalau orang itu mencabut kutukannya."
(Hal.185)
Di
sinilah, sisi lain kehidupan sang princess akhirnya terungkap. Demikian juga
dengan masa lalu yang terlupakan dari sejarah congklak misterius itu. Apakah
Creepy Case Club saat ini berhasil melepas kutukan yang menimpa Jani?
Creepy
Case Club memberikan petualangan tidak hanya bagi orang dewasa namun juga untuk
yang masih kecil. Tidak memberikan rasa takut justru meningkatkan unsur
petualangan dan kekompakan pertemanan
Creepy
Case Club buku ketiga lebih berkesan dari dua buku sebelumnya. Ada banyak lika-likunya.
Mulai dari kasus dengan membawa latar permainan tradisional congklak hingga
membawa mereka ke sebuah sejarah yang terlupakan.
Lagi Soleram yang dinyanyikan waktu SD, hmm aku mulai menerka-nerka berapa usia si penulis haha..Genre detektif dibalut misteri dan hantu cukup menarik untuk dibaca sekali duduk. Btw, benarkahbuku Creepy Case Club bisa dibaca sekali duduk Kak?
ReplyDeletemenarik ceritanya mbak, aku suka, sudha lama ga baca buku misteri seperti ini, gpp la walaupun tokohnya anak SD tapi sepertinya masih menarik dibaca orang dewasa juga
ReplyDeleteWah ini buki misteri ya. Apakah cocok untuk anak usia 10 tahun?
ReplyDeleteJarang-jarang ada buku misteri anak yang ditulis sama orang Indonesia. Baca review ini jadi ingat dengan karya-karya Enid Blyton, seperti Pasukan Mau Tahu dan Lima Sekawan. Jadi penasaran sama buku ini.
ReplyDelete