Apakah
Sobat Jelajah Mia tipe yang susah menolak dan berkata tidak terhadap orang
lain? Tahu tidak, bahwa salah satu membuat sehat secara mental adalah dengan
membuat diri kita Healthy Boundaries. Apa itu Healthy Boundaries?
Sebelum
masuk ke Healthy Boundaries, kita bahas dulu tentang Boundaries itu tersendiri.
Pengertian
Boundaries
Boundaries
(atau dalam bahasa Indonesia secara literal dapat diartikan sebagai “Batasan”)
merupakan batasan yang ditetapkan dan kebutuhan yang diekspresikan oleh
seseorang agar ia merasa aman dan nyaman dalam lingkungan bersosialisasi.
Boundaries berlaku pada tiap konteks hubungan, mulai dari hubungan keluarga,
pasangan, teman, tempat kerja, bahkan teknologi!
Secara
konkret, boundaries dapat berupa memberi batasan antara kapan harus bekerja dan
kapan waktu beristirahat, berkata tidak pada teman yang ingin meminjam uang
padahal kita sedang tidak ada uang lebih, mengutarakan kebutuhan emosional
dengan jelas pada pasangan.
Lalu
apa lagi? Meluangkan waktu untuk fokus pada diri sendiri dengan mempraktikkan
self-care, dan membatasi durasi bermain media sosial. Tanpa boundaries yang
sehat, seseorang akan mengalami burnout atau kelelahan secara emosional,
mental, dan fisik
Sulitnya
Menetapkan Healthy Boundaries
Sudah
mencoba sekali, tapi gagal atau merasa tidak nyaman. Setelah bertahun-tahun
terbiasa tidak menetapkan boundaries karena ingin menyenangkan hati orang lain,
tentu saja ada kemungkinan timbul rasa tidak nyaman ketika kita mencoba menetapkan
boundaries.
Yang
bisa dilakukan: Boundaries bukan hanya disampaikan berupa kata-kata, tapi juga
dari konsistensi perilaku kita dalam menetapkannya. Take your time dan terus
berlatih menoleransi rasa tidak nyaman dari menetapkan boundaries sehat demi
kesejahteraan jangka panjang diri sendiri.
Takut
menyakiti hati orang lain. Seringkali individu dengan porous boundaries enggan
menolak karena ingin menyenangkan hati orang lain. Yang bisa dilakukan: Menolak
permintaan orang lain atau mengkomunikasi kebutuhan kita dapat disampaikan
secara tegas dan tidak menyinggung.
Takut
dinilai jahat karena tidak menolong orang lain. Tidak ada yang salah dari
menolong orang lain, namun kita bisa menolong tanpa mengorbankan kesejahteraan
diri sendiri. Kita masih bisa menolong sambil menetapkan boundaries yang sehat.
Yang
bisa dilakukan: Tolonglah orang lain ketika kita sedang merasa baik-baik saja
dan siap. Ketika orang lain datang meminta bantuan di saat kita sedang
kelelahan atau di saat yang tidak nyaman bagi kita, kita dapat membalas permintaan tersebut di lain
waktu atau cukup jelaskan bahwa saat ini kita sedang tidak bisa membantu secara
langsung.
Salah
paham mengira bahwa boundaries = selalu berkata tidak. Padahal, menetapkan
boundaries bukan berarti kita selalu menolak dan berkata “tidak” pada orang
lain.
Tiga
Tipe Boundaries
- Porous boundaries, atau boundaries yang rapuh. Saking rapuhnya boundaries yang ditetapkan, orang lain bisa merobohkannya dengan mudah.
- Rigid boundaries, atau boundaries yang kaku. Saking kakunya boundaries yang ditetapkan, tidak ada orang yang diperbolehkan untuk masuk ke kehidupan kita.
- Healthy boundaries, atau boundaries yang sehat. Inilah boundaries ideal yang penting untuk dilatihkan.
Bagaimana
Cara Mengatasi Healthy Boundaries?
Kita percaya bahwa orang lain yang harus berubah, bukan kita. Padahal, kita tidak bisa mengontrol orang lain dan hanya bisa mengontrol apa yang kita lakukan.
Yang
bisa dilakukan: Perubahan dimulai dari diri Anda. Jangan terpaku berusaha
mengendalikan apa yang tidak bisa dan tidak perlu Anda kendalikan.
Ciri-ciri
dari Healthy Boundaries
- Mengetahui value yang penting bagi diri sendiri
- Dapat mengkomunikasikan kebutuhan diri kepada orang lain dengan jelas
- Berbagi cerita dan keluh-kesah dengan orang lain dengan tidak oversharing
- Bisa mengatakan “tidak” atau menolak ketika merasa tidak nyaman melakukan sesuatu yang diminta
- Dapat menerima pernyataan “tidak” atau penolakan dari orang lain yang sedang menetapkan boundaries-nya, dan tidak tersinggung secara personal
Kita
tidak sadar memiliki masalah dalam menetapkan boundaries. Meski sudah banyak
orang yang tahu mengenai konsep boundaries, banyak juga yang tidak sadar bahwa
dirinya sendiri masih harus berlatih menetapkan boundaries yang sehat. Yang bisa dilakukan: Yuk kita coba refleksi ke
diri sendiri, apakah kita sudah menetapkan boundaries yang sehat?
Penutup
Meski
tidak mudah menetapkan boundaries, dengan berlatih menerapkannya di kehidupan
sehari-hari berarti kita sedang berusaha menghargai dan menyayangi diri
sendiri. Namun, jika Sobat Jelajah Mia merasa tidak dapat menetapkan batasan,
ada baiknya coba berkonsultasi dengan profesional
kalau bounsaries apakah cocok diterapkan utk keluarga mbak? sprtinya apa ya perlakuannya?
ReplyDeleteMengutamakan kepentingan orang lain itu baik, tapi bukan berarti mengabaikan diri sendiri, ya. Jadi memang penting menerapkan healthy boundaries ini agar orang lain pun memahami bahwa kita punya privilege untuk diri sendiri
ReplyDeleteJangan berhenti berbuat baik, tetapi sekiranya perbuatan itu merugikan diri sendiri sebaiknya tidak dilakukan, berani berkata tidak itu juga penting, karena menghargai dan mencintai diri sendiri itu penting
ReplyDeleteOh aku punya temen kayaknya dengan tipikal Rigid boundaries. Kayaknya cenderung introvert gitu. Bener nggak sih? Aku jadi segan mau nanya apa-apa sama doi, bentengnya terlalu tinggi haha
ReplyDeletewah baru paham ini ada beginian...memang penting menetapkan boundaries pada orang lain termasuk diri sendiri tapi harus secara sehat juga yaa
ReplyDeleteBener sih, menciptkan boundaries memang sulit.. Membatasinya juga
ReplyDeletesepakat, tapi healthy boundaries ini perlu latihan soh menurutku karena semuanya perlu proses, apalagi buat aku yang gampang sungkan, tapi akhirnya aku yang kewalahan sendiri, tidak mudah emmang mengungkapkan pendapat tapi selama disampaikan dengan baik, menurut saya akan baik-baik saja
ReplyDelete